Page 35 - MUTIARA HIKMAH SHALAT
P. 35
V. TATA KRAMA SYARIAT SHALAT
Nabi Muhammad adalah nabi terakhir yang membawa MISI
menyempurnakan syariat ritual manusia kepada Allah yang Maha Esa
Tetapi jangan diterjemahkan bahwa syariat agama lain adalah
(QS. 5:3).
salah, karena setiap manusia mempunyai syariat dan cara sembahyang
masing-masing (QS. 22:67; 24:41; 2:148) . Allah Maha Adil dan
Bijaksana, Allah menghargai setiap upaya manusia melaksanakan syariat
shalat yang dianutnya sesuai dengan pengetahuan, kemampuan, latar
belakang dan keadaannya masing-masing (QS. 17:84; 92:4; 39:39;
9:105).
Tetapi jangan ditafsirkan bahwa semua manusia itu sama. Syariat ritual
shalat menyembah Allah setiap manusia (agama) tidak mungkin sama
(QS. 51:8; 24:41; 22:67). Yang mungkin sama adalah nafas kasih
sayang. Pada prinsipnya agama yang diridhoi Allah mendambakan
kesejahteraan, perdamaian, keselamatan antar sesama manusia.
Bagi umat muslim, harus konsekuen melaksanakan syariat shalat
dengan tuntutan yang dicontohkan oleh nabi Muhammad. Bahkan kita
mempunyai tanggung jawab untuk melestarikan Rukun Islam, Rukun
Shalat dan sunah hadits nabi lainnya yang sesuai dengan Al Qur'an
(QS. 33: 71; 3:32; 8:1).
Bila kita ingin menawarkan syariat shalat muslim kepada umat Islam lain
harus bijaksana dan lemah lembut dengan penuh kasih sayang, sifatnya
hanya menyampaikan tidak boleh memaksa dan mencari-cari kesalahan
umat lain (QS. 2:256; 3:159; 49:10-12).
Seyogyanya kita harus mempersiapkan generasi penerus (anak cucu
kita) untuk menguasai syariat shalat yang diridhoi Allah dan diridhoi
rasul Allah (QS. 3:32, 132). Generasi penerus umat muslim harus
menguasai makna hakekat shalat dengan tetap melestarikan Rukun
Islam dan Rukun Shalat serta serta melaksanakan hakekat shalat dalam
bermasyarakat di mana saja mereka berada.
MUTIARA HIKMAH SHALAT 26