Page 2 - Cintaku Tak Terbatas
P. 2

Cintaku Tak Terbatas Waktu
               Leave a reply
               Seorang cowok bertahan tanpa lelah sembari memacu keringatnya yang bercucuran membasahi
               tubuhnya. Nafasnya mulai terengah-engah sejalan dengan waktu. Banyak orang yang ingin
               memberinya seteguk air, tapi ia menghiraukannya. Ia tetap melanjutkan kegiatannya itu. Matahari
               mungkin sekarang tak bersahabat, karena memancarkan terik yang menyengat. Tetapi
               angin segar memberinya kenikmatan yang tak terbatas. Bersama detak jantung yang tak
               terkendali ia merasa bahwa kini ia telah bebas. Gemuruh-gemuruh riuh menyemangatinya seraya
               ingin mendapat perhatian darinya. Ia merespon dengan tampilannya yang membuatnya menjadi
               juara, menjadi idola, dan menjadi yang paling keren di antara mereka.
               Tiba-tiba kesenangan yang ia rasakan saat itu luntur seketika. Disaat bola yang ia mainkan
               mendarat di kepala seseorang yang tak pernah ia duga.
               “Hei… lo nggak papa?.” tanyanya panik saat itu.
               “Ng… nggak, nggak papa kok.” ucapan orang itu terbata sambil memegangi kepala yang kian
               menjadi.
               “Hei, liat gue!. Biar gue bisa liat keadaan lo!.”
               Ia pun menegakkan kepala orang itu yang sedari tadi tertunduk. Lalu menatap matanya dengan
               tajam.
               “Aiska…!” kagetnya
               Sejenak hening!!!
               “Mungkin ini kedua kalinya lo natap gue dengan tatapan yang sama.” orang itu mulai angkat bicara,
               setelah tertunduk tak berdaya.
               “Mungkin juga perasaan lo sama kayak waktu gue natap lo untuk pertama kalinya.”
               “Bisa aja enggak, kali ini gue nggak akan ngerasain hal yang sama.” jawabnya terlihat sinis.
               Saat itu juga…
               “Devan… siapa tadi yang kena bola? Dia nggak kenapa-napakan?.” tanya Yasmeen (kapten
               cheerleader).
               Devan hanya terdiam, entah ia harus bicara apa.
               Devano Alandana Zaind. Itulah kapten basket yang jadi idola di seluruh sekolah di daerahnya.
               “Gue nggak papa, gue harus pergi. Ada tugas yang belum gue selesain.” pamit Aiska
               Aiska Valencia Adhnand. Teman SMP Devan, yang dulu pernah debat heboh sama Devan gara-
               gara salah paham. Sampai Aiska harus pindah sekolah sesuai keinginannya agar tidak berselisih
               lagi dengan Devan. Sekarang ia bertemu lagi dengan Devan dan satu SMA dengannya.
               Salah paham itu dimulai ketika Devan menuduh Aiska yang membeberkan trik basket clubnya ke
               club lawan Devan. Devan dan Aiska satu club di salah satu club olahraga Bandung. Devan basket
               sedangkan Aiska tennis lapangan. Aiska mengelak apa yang dikatakan Devan, Aiska mengaku ia
               tidak ikut campur tentang masalah basket Devan. Ia tidak berbicara apapun dengan Roni, kapten
               tim basket musuh Devan. Akan tetapi Devan tak mempercayainya. Karena tim basket Roni bisa
               sampai mengalahkan timnya. Padahal sejak dulu tim Roni tak pernah bisa mengalahkan timnya.
               Dan selalu menjadi Runner Up. Karena sangat terpukul dengan omongan Devan akhirnya pun Aiska
               keluar dari club dan pindah sekolah.
               Kejadiannya begini,
               Beberapa pekan yang lalu…
               Waktu itu Aiska dan Roni ketemuan. Aiska mewakili ayahnya yang tidak bisa bertemu dengan
               ayahnya Roni untuk menyerahkan dokumen perusahaan. Ayah Aiska dan ayah Roni terikat
               kerja sama perusahaan. Karena ayah Aiska sedang di luar kota. Dan ibunya sibuk mengurus
               fashion weeknya, dengan terpaksa Aiska harus bertanggung jawab atas dokumen itu. Sedangkan
               ayah Roni asam muratnya kambuh kambuh, saat bersiap ingin menerima dokumen itu. Kebetulan
               Roni sedang santai di rumah. Jadi dia yang nganbil dokumennya. Sementara ibunya mengantar
               ayahnya ke rumah sakit.
   1   2   3   4   5