Page 3 - Cintaku Tak Terbatas
P. 3
Mereka janjian di sebuah caffe. Di sana sudah ada Roni yang menunggu Aiska. Beberapa saaat
kemudian terlihat seorang cewek menuju meja Roni.
“Sorry, lo udah nunggu lama ya?” maaf Aiska.
“Nggak kok, biasa aja. Cepetan mana dokumennya!” jawab kasar Roni.
“Iya, iya. Dingin banget jadi cowok!” protes Aiska.
“Oke. Emang gue nggak kayak cowok lo itu!”
“Cowok gue? Siapa? Perasaan gue belum punya pacar deh!”
“Siapa lagi, si kapten basket tuh!”
“Devan? Gue nggak pacaran ama dia. Kita cuma temenan.” ngaku Aiska.
“Masa’ sih, keliatannya nggak gitu!”
“Mata lo aja yang nggak bener!”
“Sekarang mana dokumennya?”
“Nih!. Dasar bawel!.”
Saat itu juga Devan memperhatikan mereka dari mejanya yang tidak jauh dari meja Aiska dan Roni.
Devan berpikir dokumen yang diberikan Aiska ke Roni berisi tentang trik-trik basket club Devan.
Mulai saat itu timbul rasa benci dalam hati Devan terhadap Aiska.
Keesokan harinya…
“Ngapain lo masih ke sini?.” tanya kasar Devan.
Aiska hanya bingung tentang pertanyaan Devan.
“Apa maksud lo Van? Gue nggak ngerti, emang gue masuk club ini kan?”
“Dasar penghianat!. Masih sempet-sempetnya lo bilang ini club lo!.”
“Jadi orang jangan munafik gitu!.” ditambah kata menyakitkan dari Yasmeen.
“Maksud kalian pengkhianat apa?”
“Jangan sok melas deh lo!. Nggak merasa bersalah lagi!” bentak Devan.
“Ngaku aja deh, lo ngasih tau trik basket club kita kan ke Roni?” tanya sewot Yasmeen.
“Enggak, aku… aku nggak ngasih!.”
“Diem! Gue tuh percaya banget sama lo lebih dari siapapun. Tapi, sekarang gue ragu dan nggak
mau lagi percaya sama lo!” potong Devan.
“Van, lo tuh salah paham!.”
“Iya, gue salah… udah percaya ama lo!. Lebih baik lo tinggalin club ini. Lo pergi jauh dari gue. Dan
jangan pernah nemuin gue lagi. Gue muak liat muka lo.”
Aiska kaget mendengar kata kata yang belum pernah ia dengar dari mulut Devan.
“Oke!. Gue akan turutin semua mau lo!. Thanks, udah ngusir gue… secara… baik-baik!.”
Aiska berlalu.
Setelah beberapa pekan Aiska pindah. Devan dan teman-teman clubnya menyadari bahwa yang
membeberkan trik milik club basketnya ialah temannya sendiri, bukan Aiska. Dia Nolan yang
ternyata sepupu Roni.
Kembali ke lapangan basket
“Ka, sorry untuk kesalahan besar gue sama lo…!” ucap Devan saat Aiska mulai bergegas pergi.
“Sorry aja nggak cukup Van, lo bisa bilang sorry sama gue. Udah gue maafin, dari dulu. Tapi
kesalahan lo nggak akan pernah bisa gue lupain. Lo bisa aja ngelakuin ini sama gue. Tapi gue
nggak akan ngerasain perlakuan lo lagi untuk kedua kalinya. Maaf, gue nggak bisa jadi temen lo!.”
Aiska berlalu.
Setelah Aiska sudah pergi Devan dan Yasmeen kembali ke gerombolan clubnya.
Devan hanya berlutut sambil memukul lapangan dengan kepalan tangannya.
“Devan… Devan!. Udah Van itu kesalahan masa lalu.” tenang Yasmeen.
“Van… loe jangan frustasi kayak gini. Sekarang loe harus lihat masa depan, bukan masa lalu!.”
tambah Albert, teman club Devan.
“Gue nggak bisa kayak gini terus, gue nggak mau hidup dengan kekangan kesalahan.”