Page 29 - Modul Keanekaragaman Hayati
P. 29
Duyung (Dgong dugon), Kuskus beruang (Ailurops usinus), Burung rangkong
(Rhyticeros cassidix), kupu-kupu sulawesi (Papilio iswara, Papilio peranthus),
Soa-soa (Hydrosaurus amboinensis), dan Kakatua putih berjambul merah
(Cacatua moluccensis).
C. Upaya Pelestarian Keanekaragaman Hayati
Usaha pelestarian sumber daya alam hayati merupakan tanggung jawab bersama
dan harus dilakukan secara ketat, karena sudah banyak jenis tumbuhan dan hewan
endemik telah berada diambang kepunahan. Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk
pelestarian keanekaragaman hayati dibagi menjadi dua, yaitu pelestarian insitu dan
exsitu.
1. Pelestarian Secara InSitu
Pelestarian Insitu adalah pelestarian keanekaragaman hayati yang dilakukan
ditempat hidup aslinya (habitatnya). Pelestarian ini dilakukan pada makhluk hidup
yang memerlukan habitat khusus atau mahluk hidup yang dapat menyebabkan
bahaya pada kehidupan makhluk hidup lainnya jika dipindahkan ke tempat lain.
Contoh taman nasional, suaka margasatwa, dan cagar alam. Indonesia saat ini
memiliki 30 taman nasional dan ratusan cagar alam sehingga flora dan fauna asli
Indonesia memiliki kesempatan baik untuk hidup terus, tentu apabila peraturan
pemerintah ditaati.
Gambar 7. Pelestarian secara Insitu
Sumber: Google.com
2. Pelestarian Secara ExSitu
Pelestarian exsitu adalah pelestarian keanekaragaman hayati (tumbuhan dan
hewan) dengan cara dikeluarkan dari habitat aslinya dan dipelihara di tempat lain.
Contoh Pelestarian secara exsitu adalah sebagai berikut.
Hutan nasional
Kebun raya
Kebun binatang
Taman Safari
Gambar 8. Pelestarian secara Exsitu
Sumber: Google.com
Dari hasil kerja sama dengan lembaga konservasi internasional, telah
dilakukan pengembangan kawasan konservasi menjadi cagar biosfer yang
merupakan kawasan dengan ekosistem terrestrial dan pesisir yang melaksanakan
konservasi biodiversitas melalui pemanfaatan ekosistem yang berkelanjutan.