Page 191 - SEJARAH NASIONAL INDONESIA KELAS XI SEMESTER 1
P. 191

perjanjian. Selanjutnya sistem  administrasi  tradisional berubah ke  sistem
                       administrasi  modern. Suatu sistem yang mana pemerintahan mengambil
                       alih sistem pemimpin pribumi ke sistem birokrasi kolonial. Kebijakan ini
                       ditetapkan untuk mengambil posisi penting dari pemimpin daerah ke tangan
                       Belanda. Sistem itu memisahkan pemimpin  pribumi  dari akar hubungan
                       tradisonal  dengan rakyatnya, mereka kemudian  dijadikan  pegawai dalam
                       birokrasi kolonial.


                       Serangkaian tindakan penjajahan Belanda tersebut telah menimbulkan
                       banyak perlawanan dari pihak bangsa Indonesia. Strategi perlawanan yang
                       ditempuh waktu  umumnya dengan perlawanan bersenjata. Sayangnya
                       perlawanan dalam menghadapi kekuatan kolonialisme  dan imperialisme
                       itu masih bersifat lingkup daerah atau wilayah tertentu. Riau melancarkan
                       perlawanan sendiri, Banten perang sendiri, Mataram angkat senjata sendiri,
                       Makasar begitu, Tondano  juga begitu  dan begitu  seterusnya perlawanan
                       Diponegoro berdiri sendiri, Padri sendiri, Aceh sendiri. Bahkan dari masing-
                       masing daerah atau pihak Indonesia  ini bisa diadu domba. Orang-orang
                       Madura diadu domba dengan Mataram, Aru Palaka dari Bone diadu dengan
                       Hasanuddin  dari Makassar, pasukan Ali Basya Sentot Prawirodirjo  diadu
                       dengan pasukan Padri. Sudah barang tentu ini sangat tidak menguntungkan
                       dan sangat melemahkan para pejuang Indonesia. Pengalaman ini
                       menunjukkan pentingnya cara-cara yang lebih terorganisasi dan didasarkan
                       pada persatuan dan kesatuan.


                       Sementara itu, pemerintah  kolonial  menerapkan  kebijakan  ekonomi  yang
                       berbasis pada sistem kapitalisme Barat, melalui komersialisasi, sistem moneter,
                       dan komoditas barang. Sistem itu didukung dengan kebijakan pajak tanah,
                       sistem perkebunan, perbankan, perindustrian, perdagangan, dan pelayaran.
                       Dampak dari itu semua, kehidupan  rakyat Hindia  Belanda  mengalami
                       penurunan  kesejahteraan.  Kebijakan  itu mendapat  kritik dari politikus
                       dan intelektual di Hindia Belanda, yaitu C.Th.  Van Deventer.  Ia membuat
                       tulisan yang berjudul “Een Eereschlud’ (utang kehormatan), yang dimuat di
                       majalah De Gids (1899). Dalam tulisannya Van Deventer mengatakan bahwa
                       pemerintah Hindia Belanda telah mengeksploitasi wilayah jajahannya untuk
                       membangun negeri mereka dan memperoleh keuntungan yang besar. Oleh
                       karena itu, menurutnya sudah sewajarnya Belanda membayar utang budi itu
                       dengan meningkatkan kesejahteraan rakyat di negara jajahan.










                                                                                          183
                                                                             Sejarah Indonesia
   186   187   188   189   190   191   192   193   194   195   196