Page 29 - BAHAN AJAR 2
P. 29
Penggolongan darah Sistem Rhesus
Sistem golongan darah Rhesus ditemukan pada tahun 1939-1940 oleh K. Landsteiner dan A.S.
Wiener. Saat itu mereka melihat bahwa injeksi yang dilakukan dari monyet rhesus (Rhesus macaccus)
ke kelinci menyebabkan reaksi dengan sebagian besar sel darah merah manusia. Tidak jauh dari sistem
A B O, golongan darah Rhesus ini juga menggolongkan darah seseorang berdasarkan adanya antigen
tertentu dalam darah. Antigen yang digunakan untuk menggolongkan darah berdasarkan Rhesus
disebut sebagai antigen D. Sederhananya, jika seseorang memiliki antigen D dalam darahnya, ia
termasuk Rhesus positif (Rh+). Sebaliknya, jika seseorang tidak memiliki antigen D, ia termasuk Rhesus
negatif (Rh-).
Meski penggolongannya lebih sederhana, ternyata perbedaan Rhesus tidak dapat diabaikan begitu
saja. Orang dengan Rh- tidak bisa menerima donor dari Rh+. Hal ini disebabkan karena darah Rh-
cenderung akan membuat antibodi terhadap antigen D, sehingga akan menolak adanya antigen D di
dalam darahnya. Orang dengan Rh- harus menerima darah dari orang Rh- juga. Sayangnya, jumlah
orang dengan Rh- di dunia ini sangat sedikit, sehingga pasokan darahnya pun terbatas.
Selain itu, golongan darah Rhesus ini juga wajib diperhatikan bagi ibu hamil. Seorang ibu dengan Rh-
jika mengandung anak dengan Rh+, kemungkinan darah sang ibu akan membentuk antibodi akibat
darah anaknya mengandung antigen D. Antibodi ini dapat masuk ke dalam plasenta janin, sehingga
akan menyebabkan reaksi penggumpalan terhadap darah bayinya. Kelainan ini disebut sebagai
eritroblastosis foetalis.
e. Transfusi Darah
Transfusi darah adalah pemberian darah dari satu orang ke orang lain, yang kekekurangan satu atau
lebih komponen darah. Orang yang menyumbangkan darahnya disebut sebagai donor, sedangkan
orang yang menerima darah dari orang lain disebut sebagai resipien. Prosedur transfusi darah dapat
dilakukan di fasilitas kesehatan maupun pada kegiatan donor darah yang khusus diadakan untuk
menambah jumlah tabungan di dalam bank darah. Tidak hanya bermanfaat bagi penerima, transfusi
darah juga dapat memberikan manfaat kesehatan bagi pemberinya. Meski begitu, pendonor darah juga
tidak bisa menutup mata dari risiko yang mungkin muncul, termasuk kemungkinan terjadinya penolakan
oleh tubuh penerima. Gambar 3.14 memperlihatkan gambaran seseorang yang sedang menjalani
proses transfusi darah,
Gambar Error! No text of specified style in document..1 Diagram Transfusi Darah
(Sumber: https://www.cancer.gov/images/cdr/live/CDR755979-750.jpg)
Sistem Peredaran Darah 19