Page 49 - E-Modul Miitigasi Bencana Alam Klimatologis
P. 49
Terakhir, faktor kebijakan juga berperan. Kebijakan tata ruang yang tidak
terorganisir dengan baik bisa meningkatkan risiko kebakaran. Beberapa
faktor kebijakan yang termasuk dalam faktor pemicu adalah keberadaan
hutan produksi yang tidak jelas statusnya, kawasan konservasi, dan ijin
pemanfaatan lahan seperti IUPHHK dan HGU.
Selanjutnya, mari memahami proses kebakaran. Ini melibatkan tiga hal
utama: bahan bakar, cuaca, dan api. Ketika ketiga faktor ini bersatu dalam
kondisi yang tepat, kebakaran dapat terjadi. Bahan bakar, yang terdiri dari
vegetasi, seperti semak, rerumputan, dan pohon-pohon, menjadi sumber
utama api saat terbakar. Faktor cuaca, termasuk kelembaban rendah, suhu
tinggi, dan angin kencang, memengaruhi sejauh mana bahan bakar menjadi
rentan terhadap pembakaran. Ketika kebakaran terjadi, api mulai menyebar
melalui bahan bakar yang mengering dengan cepat. Selama proses
kebakaran, ada pelepasan panas, asap, dan partikel yang menciptakan gejala
asap tebal. Proses ini menggambarkan bagaimana interaksi kompleks antara
bahan bakar, cuaca, dan api dapat menyebabkan kebakaran hutan dan lahan
serta dampaknya pada lingkungan dan masyarakat.
Kemudian, mari kita tinjau dampak dari kebakaran hutan dan lahan ini. Hal
Ini mencakup kerusakan lingkungan, seperti hilangnya habitat dan degradasi
tanah. Selain itu, kebakaran mengancam biodiversitas dengan merusak
ekosistem dan mengancam berbagai spesies flora dan fauna. Pelepasan gas
rumah kaca selama kebakaran juga berkontribusi pada perubahan iklim
global. Pencemaran udara akibat asap dan partikel yang dilepaskan oleh
kebakaran dapat mengancam kesehatan manusia dan merusak kualitas
udara. Selain itu, kebakaran hutan dan lahan dapat mengancam keselamatan
manusia dan properti, seperti rumah dan tanaman pertanian.
2
41