Page 10 - Amanda Indriani
P. 10
Mitokondria memiliki peran yang sangat luas dalam sel, mulai dari fungsi
utamanya sebagai "pembangkit listrik" yang menghasilkan ATP melalui
fosforilasi oksidatif, hingga perannya dalam regulasi metabolisme seluler
seperti beta-oksidasi asam lemak dan siklus asam sitrat (siklus Krebs).
Selain itu, mitokondria berperan dalam sintesis hormon steroid seperti
kortisol dan testosteron, serta pengaturan siklus sel melalui modifikasi
produksi ATP dan status redoks. Mitokondria juga memegang kunci
dalam proses apoptosis, yaitu kematian sel terprogram, dengan
melepaskan faktor pro-apoptotik seperti sitokrom c yang memicu
kaskade reaksi menuju kematian sel, penting untuk pencegahan penyakit
seperti kanker. Mereka juga bertindak sebagai penyimpan kalsium,
membantu mengatur berbagai proses seluler, termasuk signaling dan
kontraksi otot.
Produksi ROS (reactive oxygen species) oleh mitokondria, meskipun
berpotensi merugikan, berperan penting dalam signaling dan respons
imun. Interaksi mitokondria dengan organel lain seperti retikulum
endoplasma dan peroksisom juga menunjukkan bahwa mitokondria tidak
berfungsi secara terisolasi, melainkan berperan dalam koordinasi fungsi
seluler yang lebih luas, seperti metabolisme lipid dan respons stres.
Disfungsi mitokondria telah dikaitkan dengan berbagai penyakit,
termasuk penyakit neurodegeneratif (Alzheimer, Parkinson), gangguan
metabolik (diabetes), penyakit jantung, kanker, dan penuaan. Selain itu,
mitokondria terus mengalami fusi dan fisi, sebuah dinamika yang penting
untuk pemeliharaan fungsi mereka dan distribusi DNA mitokondria.
Sebagai bagian dari jalur signaling seluler, mitokondria juga berperan
dalam memodulasi aktivitas kinase dan faktor transkripsi,
memungkinkan sel untuk beradaptasi dengan perubahan kebutuhan
energi, seperti selama aktivitas fisik yang intens.