Page 147 - Buku Murid Pendidikan Pancasila untuk SD_MI Kelas VI - Fase C
P. 147
Tampak dari jauh, Sedi datang sambil membawa bungkusan dan
menghampiri mereka.
“Apa kabar, Indi, Manda, Bonar? Maaf, saya baru datang, nih. Oh, ya, ini
saya bawakan bakpia untuk kita nikmati bersama. Enak, lo,” ucap Sedi sambil
duduk bergabung.
“Halo, Sedi. Kabar kami baik semua. Sepertinya enak, nih. Saya ambil satu,
ya,” ujar Indi sambil mencomot bakpia.
“Bakpia ‘kan kue khas Yogyakarta, ya? Apakah liburan kemarin kamu ke
Yogyakarta, Sedi?” Indi bertanya.
“Ya, saya diajak Ayah dan Ibu berlibur ke sana,” jawab Sedi.
“Apakah ayah atau ibumu berasal dari Yogyakarta?” tanya Manda.
“Bukan. Ayah dari Pandeglang. Kami sekeluarga ke Yogyakarta hanya
berlibur. Oh, ya, ketika di Jalan Malioboro, saya melihat gedung bertuliskan
“DPRD Prop DIY”. Itu adalah gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta. Ternyata Yogyakarta adalah daerah istimewa,”
kata Sedi.
“Oh, iya. Dalam libur kemarin, saya pun dari Medan pergi ke Aceh. Dulu
Provinsi Aceh bernama Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam,” Bonar menyahut.
“Kenapa ada sebutan daerah istimewa dan nanggroe, ya?” Manda bertanya
kepada teman-temannya.
Bab 6 Provinsiku Bagian dari Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia 129