Page 131 - Buku Murid Bahasa Indonesia untuk SD_MI Kelas VI - Fase C
P. 131
sekolah karena Taliban melarang semua anak-anak perempuan pergi ke sekolah.
Hanya 11 murid yang ada di kelasku sekarang, biasanya 27. Tiga temanku pindah
ke Peshawar, Lahore, dan Rawalpindi bersama keluarga mereka setelah larangan
ini.
• Minggu, 4 Januari
Hari ini libur dan aku bangun kesiangan, sekitar pukul 10. Aku mendengar ayahku
berbicara tentang tiga orang yang tewas tergeletak di perempatan Green Chowk.
Aku sedih mendengar berita ini. Sebelum ada operasi militer, biasanya setiap
Minggu kami semua piknik ke Marghazar, Fiza Ghat, dan Kanju. Tapi, sudah
satu setengah tahun lamanya situasi di sini tidak memungkinkan kami untuk
piknik. Hari ini aku melakukan tugas membereskan rumah, mengerjakan PR, dan
bermain dengan adik laki-lakiku. Tapi jantungku berdebar keras—karena besok
aku harus pergi ke sekolah.
• Senin, 5 Januari
Aku bersiap-siap pergi ke sekolah dan mengenakan seragamku ketika aku ingat
kepala sekolah melarang kami memakai baju seragam. Akhirnya, aku memutuskan
untuk memakai gaun kesayanganku berwarna merah muda. Gadis-gadis lain di
sekolah juga memakai gaun berwarna-warni ke sekolah. Tetapi, ketika upacara
pagi kami diberi tahu agar tidak mengenakan pakaian warna-warni karena
Taliban melarangnya.
• Rabu, 7 Januari
Aku menghabiskan libur bulan Muharam di Buner. Aku menyukai Buner karena
gunung dan padang hijaunya. Swat, tempat tinggalku juga indah, tapi tidak
ada kedamaian. Sementara itu, di Buner ada damai dan ketenangan. Tidak
ada tembakan atau ketakutan. Kami semua bergembira. Hari ini kami pergi ke
Mausoleum Pir Baba dan banyak sekali orang di sana. Orang-orang ke sini untuk
beribadah, sementara kami ke sini untuk berwisata. Ada toko yang menjual
gelang, anting-anting, liontin, dan perhiasan lainnya. Aku sempat ingin membeli
tapi tidak ada yang menarik hatiku—ibuku membeli anting-anting dan gelang.
Bab 5 | Anak-Anak yang Mengubah Dunia 121