Page 197 - Buku Murid Bahasa Indonesia untuk SD_MI Kelas VI - Fase C
P. 197

Begitu pula saat ada yang memesan minuman atau makanan, nyaris tak ada

                       suara. Antara pramusaji dan pembeli hanya terlihat menggerakkan tangan,
                       bahasa isyarat. Kesunyian ini bukan disengaja. Kafe sunyi dikelola oleh kalangan

                       difabel, sebagian besar tunarungu.


                       Sunyi House of Coffee and Hope memiliki enam pegawai, seluruhnya difabel. Dika
                       (24) menjadi satu-satunya barista difabel dengan tunadaksa, sementara lainnya
                       tunarungu.


                       “Kafe ini memang dibuat ramah difabel. Pemiliknya ingin kami bisa setara dengan
                       mereka yang normal,” tutur Dika.


                       Desain ruangan, juga seluruh fasilitas, ramah difabel. Lantai kafe menggunakan

                       guiding block, rak-rak gula diberi petunjuk menggunakan huruf braille, tata
                       ruang meja dan kursi dibuat seperti huruf U. Di bagian tengah dibiarkan luas,

                       memudahkan tunanetra berjalan. Tinggi mejanya pun hanya sekitar 50 sentimeter
                       demi memudahkan pengguna kursi roda.


                       Namun, tak seluruh konsumen mengerti bahasa isyarat. Kendati demikian, para
                       pengelola tak habis ide. Mereka memperlihatkan tabel harga yang berada di meja

                       kasir, atau menuliskannya agar mudah dimengerti.

                       Bekerja di kafe sunyi membuat mereka mempunyai harapan baru. Dika dan

                       rekan-rekannya bisa membuktikan bahwa difabel bisa bekerja sama baiknya
                       dengan orang normal.




                       Foto & Teks: Harian Nasional | Aulia Rachman
                       Sumber: dikutip dengan penyesuaian dari http://www.harnas.co/photo/2020/02/28/
                       menyesap-sepi-di-kafe-sunyi

























                                                                                Bab 7 | Aku Bisa Berempati       187
   192   193   194   195   196   197   198   199   200   201   202