Page 9 - BUKU 25 MODUS KECURANGAN DALAM PBDJ
P. 9

BAB I
                                                            PENDAHULUAN


                                         BAB I
                                  PENDAHULUAN



             Dalam  beberapa  kesempatan  Kepala  Negara/Bapak  Presiden  RI
             menyampaikan perlunya perbaikan sistem dalam mencegah tindakan
             korupsi sehingga dapat menciptakan lingkungan pemerintah  yang
             bersih    sehingga  para  pengelola  keuangan  perlu  dibekali  dengan
             pengetahuan  yang cukup,  agar tidak terjerat kasus tindak pidana
             korupsi. Beberapa hal pernyataan beliau dapat terlihat pada  artikel
             dibawah ini.


             Jakarta, Beritasatu.com  –  Pidato  bertema  “Visi  Indonesia”  yang
             disampaikan Bapak Presiden  d i   Sentul, Bogor, memberikan sinyal
             kuat  dalam  upaya  pemberantasan korupsi. Hal itu terlihat dari
             penekanan Bapak Presiden terhadap reformasi birokasi dan struktural
             serta penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
             yang lebih fokus dan tepat sasaran.


             Korupsi dapat dibedakan beberapa macam, Berdasarkan UU No 31
             Tahun 1999, tindak pidana korupsi dapat dilihat dari dua segi  yaitu
             korupsi Aktif dan Korupsi Pasif. Berikut ini penjelasan masing-masing
             jenis korupsi.


             1. Korupsi Aktif
               a.   Secara  melawan  hukum  untuk  memperkaya  diri  sendiri  atau
                   orang lain atau Korporasi  yang dapat merugikan keuangan
                   negara atau perekonomian Negara (Pasal 2 Undang-undang
                   Nomor 31 Tahun 1999)
               b.   Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau
                   Korporasi  yang  menyalahgunakan  kewenangan,  kesempatan
                   atau dapat merugikan keuangan Negara, atau perekonomian
                   Negara (Pasal 3 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999)
               c.   Memberi  hadiah  kepada  pegawai  negeri  dengan  mengingat
                   kekuasaan  atau  wewenang  yang  melekat  pada  jabatan  atau
                   kedudukannya, atau oleh pemberi hadiah atau janji dianggap
                                                                         1
                                  INSPEKTORAT SETJEN DPR RI
   4   5   6   7   8   9   10   11   12   13   14