Page 142 - BUKU NATIONAL INTEREST DAN AGENDA PEMBANGUNAN
P. 142

MENYERAP ASPIRASI MENCIPTAKAN SOLUSI
                                                        NATIONAL INTEREST DAN AGENDA PEMBANGUNAN



               Kunjungan Muhibah ke Uzbekistan

                     Dalam beberapa tahun terakhir ini, Uzbekistan telah melakukan
               reformasi besar-besaran pada perekonomiannya. Sampai lima tahun lalu
               pemerintah Uzbekistan masih menerapkan kebijakan proteksionisme aktif,
               dengan membatasi impor melalui tidak adanya konversi mata uang nasional
               secara bebas, biaya bea cukai yang tinggi dan hambatan non-tarif. Selain itu,
               terdapat hambatan formal dan informal yang signifikan terhadap pergerakan
               bebas  orang dan modal lintas batas.  Semua ini membuat Uzbekistan
               kehilangan kesempatan untuk berpartisipasi penuh dalam pembagian kerja
               internasional dan untuk membangun industri yang kompetitif.
                     Mulai tahun 2017, pemerintah Uzbekistan melakukan liberaliasi
               ekonomi antara lain dengan membebaskan konversi mata uang secara gratis,
               menghilangkan sejumlah hambatan administratif untuk pergerakan barang
               dan orang dan mengurangi biaya bea cukai. Hubungan diplomatik Indonesia
               dan Uzbekistan resmi dimulai pada 23 Juni 1992, dan Indonesia membuka
               kedutaan besar di Tashkent pada 1994. Setelah dua tahun, Uzbekistan baru
               membuka Kedutaan Besarnya di Indonesia tahun 1996. Kedua negara sudah
               lama menjajaki berbagai peluang kerjasama dalam bidang ekonomi, namun
               sampai saat ini belum berjalan maksimal.
                     Uzbekistan menyadari  posisi strategis Indonesia yang merupakan
               jaringan perekonomian terbesar di Asia Tenggara. Sementara Indonesia
               mengakui kepentingan strategis Uzbekistan sebagai pintu gerbang Asia
               Tengah, ekonomi yang berkembang juga merupakan pasar potensial. Selain
               itu kedua negara tersebut adalah anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI).
                     Uzbekistan tertarik untuk melakukan kerja sama di bidang pertanian
               dan perikanan sebagaimana dibicarakan Wakil PM Uzbekistan saat bertemu
               Presiden RI pada 21 Agustus 2017. Keinginan Uzbekistan disambut baik oleh
               pemerintah Indonesia, dan kebijakan pemerintah didukung oleh  DPR RI serta
               menyambut baik upaya kerja sama kedua negara tersebut.
                     Menurut Badan Pusat Statistik, angka perdagangan Indonesia -
               Uzbekistan selama 5 tahun terakhir cukup berfluktuatif. Neraca perdagangan
               Indonesia dengan Uzbekistan pada tahun 2019 mencapai US$ 31,237 juta,
               turun 50.79% dibandingkan dengan tahun 2018. Untuk ekspor, Indonesia
               meningkat lebih dari US$ 3 juta dari yang semula US$  5,5 juta menjadi




                                                                         dpr .g o.id  143
   137   138   139   140   141   142   143   144   145   146   147