Page 79 - MAJALAH 167
P. 79
Pojok Parle
Ketika Media Mainstream
Lebih Cepat Mati
Perkembangan teknologi khususnya teknologi informasi telah membawa pengaruh
cukup signifikan bagi kehidupan pers. Pengaruh cukup besar itu dialami dunia pers
dengan masuknya secara masif ujaran-ujaran di media sosial, apalagi kini dengan
mudah orang mengakses melalui gadget baik facebook, whatsApp, Instagram, twitter
dan sejenisnya.
alam acara Dialektika Di Inggris tahun 2013 lalu lagi media bergerak secara linier.
Demokrasi yang digelar di dia bertemu dengan Pimpinan Sekarang orang tidak lagi berkiblat
Press Room DPR RI, baru- Financial Times dan The Observer ke media mainstream, karena
Dbaru ini bertema “Menjaga dan Guardian, mereka mengatakan sudah sangat banyak media sosial
Indepedensi Pers Jelang Pilkada sudah tidak mencetak lagi hanya sebagai sumber mendapatkan
Serentak 2019”, terungkap betapa edisi online. Mereka hanya mencetak informasi.
besar ancaman media sosial kepada pada akhir pekan Sabtu dan Minggu Legislator PDI-Perjuangan itu
media mainstream. untuk memuat iklan dan dibagikan juga menuturkan untuk mengatur
Ketua Dewan Pers Yosep Adi gratis. independensi media konvensional
Prasetyo menyoroti lunturnya Di Indonesia, orang masih sangat sulit, karena Dewan Pers
idealisme profesi. Dimana berpegang pada media cetak, kalau tak punya kewenangan banyak
kepentingan ekonomi, masa depan gaduh di media sosial tapi tak ada terkait hal tersebut. Dewan Pers
keluarga dan jangka panjang di media cetak, kesimpulannya lebih punya kewenangan dalam
pekerjaan itu jauh lebih penting hoaks. “Yang jadi pertanyaan, sampai memverifikasi media, bukan untuk
ketimbang idealisme profesi. Namun kapan kepercayaan pada media memberikan penyelidikan terhadap
dia menilai idealisme profesi itu juga mainstream akan terjaga? Kita akan media yang dianggap partisan.
penting, bagaimana pers dipercaya mulai mengalami kebangkrutan Karena itu, sudah waktunya
publik kalau tidak bisa menjaga kepercayaan kepada media,” tutup Undang-Undang (UU) yang
independensi news room. Yosep mengingatkan. mengatur media harus direvisi,
“Kita tahu oplah media semakin Hal yang sama dikatakan Effendy yaitu UU Pers, UU Penyiaran,
turun, media online tumbuh Simbolon, hakikatnya kini tiap orang dan UU Informasi dan Transaksi
menjamur, penonton TV menurun, bisa jadi media, sehingga tidak Elektronik (ITE). MP/ES
iklan mulai mengecil, penyebabnya
karena kualitas media menurun,”
tegasnya.
Kualitas yang terus menurun,
orang tidak lagi percaya pada media,
orang mempergunjingkan apa yang
ada di media sosial. Seringkali ada
wartawan punya trik, apa yang ada
di media di link up ke media sosial
disebarkan dan hasilnya hoaks.
“Ini titik nadir orang mulai tidak
percaya kepada media. Dewan Pers
sedang berjuang untuk memulihkan
kepercayaan kepada media
mainstream yang berbadan hukum,
alamat jelas, taat kepada kode etik.
Tapi kalau terjadi rongrongan begitu,
bukan tidak mungkin media akan FOTO : RUNI/IW
mati lebih cepat dari perkiraan kita,”
ujarnya menegaskan. Legislator PDI Perjuangan Effendy Simbolon
167 XLVIII 2018 PARLEMENTARIA 79