Page 69 - MAJALAH 172
P. 69

TO KO H





            namun tidak dapat kesempatan      berhasil mewakili Indonesia di   kembali menggarap kehidupan
            untuk mengembangkannya. Dan       ajang Oscar dalam film terbaik   anak-anak perbatasan di daerah
            inilah saatnya kami membantu      berbahasa asing.                 lain seperti Papua dan Kalimantan.
            mewujudkan mimpi mereka untuk      “Sejak film Cinta Melati          “Banyak cerita menarik yang
            mengembangkan bakat mereka.       tahun 2014 silam banyak yang     kami dapat dan pelajari dari
            Karena mereka juga anak-anak      menanyakan kapan kami akan       anak-anak yang tinggal di
            Indonesia yang memiliki hak yang   membuat film lagi. Bahkan tidak   perbatasan. Sebut saja kondisi
            sama dengan yang lainnya,”papar   sedikit yang menanyakan lewat    alam daerah mereka yang jarang
            Ale saat ditemui Parlementaria    media sosial, maupun secara      turun hujan. Serta berbagai
            di salah satu bioskop di bilangan   langsung kepada kami, kebetulan   kesulitan kehidupan lainnya,
            Kuningan, Jakarta selatan, baru-  saya dan Mas Ari punya kafe      seperti sulitnya transportasi
            baru ini.                         di Kemang. Banyak orang tua      dan berbagai fasilitas yang tidak
              Karya pasangan yang menikah     yang berkunjung ke sana dan      mereka dapatkan di daerahnya.
            pada 2003 silam ini tentu         memperkenalkan anak mereka       Namun mereka tidak pernah
            bukan yang pertama kali yang      kepada kami sambil menanyakan    mengeluhkan tentang semua
            menceritakan tentang dunia anak   kapan bikin film anak-anak lagi.   itu. Di sisi lain, hal ini menjadi
            dan nasionalisme. Tidak kurang    Sebenarnya kami sangat rindu     sebuah signal untuk semua
            delapan judul film lainnya telah   bikin film. Dan inilah saat yang   pihak agar tetap memperhatikan
            dihasilkan keduanya dan bertema   tepat bagi kami untuk menjawab   masyarakat khususnya anak-
            tidak jauh dari dunia anak,       kerinduan itu, ” ujar wanita     anak daerah perbatasan.
            nasionalisme dan cinta. Bahkan    kelahiran 19 Juni 1970 ini.      Termasuk memberikan
            film perdana keduanya yang dibuat   Lebih lanjut Nia menceritakan   kesempatan yang sama bagi
            pada tahun 2006 silam,Denias,     bahwa film Merah Putih ini       mereka untuk menyalurkan dan
            Senandung di Atas Awan berhasil   menjadi awal dari trilogy film yang   mengembangkan bakat mereka,
            menembus persaingan film          mengangkat tema perbatasan.      baik di bidang seni maupun
            Indonesia, dan pada tahun 2008    Selanjutnya pihaknya akan        olahraga, ” paparnya. l ayu








































            Suasana press screening film Rumah Merah Putih. Foto: Eno/jk


                                                                         TH. 2019      EDISI 171      PARLEMENTARIA     69
                                                                        TH. 2019      EDISI 172      PARLEMENTARIA                        69
   64   65   66   67   68   69   70   71   72   73   74