Page 169 - Dari Dirjen Agraria Menuju Kementerian Agraria: Perjalanan Sejarah Kelembagaan Agraria 1948-1965
P. 169

penataan, dan begitu banyak peralihan dan perubahan-perubahannya.
            Untuk itu, kajian ini mencoba membagi dalam periode-periode secara
            kronologis, dan pada kesempatan ini mencoba meneliti periode 1948-
            1965. Harapannya bisa dilanjutkan dengan periode 1965-1988, dan
            1988-2015. Kelamahan utama kajian ini adalah belum dimasukkannya
            periode sebelum Indonesia merdeka, karena membicarakan persoalan
            agraria, dasar pijakan utamanya tetap hukum kolonial yang ratusan
            tahun berlaku di Hindia Belanda, dan periode awal Indonesia merdeka
            masih merupakan lanjutan praktik dan kebijakan hukum kolonial.

                 Sebagai penutup, penting kembali mengingatkan semangat yang
            dibangun Sukarno untuk menata persoalan tanah yang diimpikan
            begitu lama terjadi di Indonesia:

                 “… Landreform di satu fihak berarti penghapusan segala hak-hak
                 asing dan konsesi-konsesi kolonial atas tanah, dan mengakhiri
                 penghisapan feodal secara berangsur-angsur, di lain fihak
                 Landreform berarti memperkuat dan memperluas pemilikan
                 tanah untuk seluruh Rakyat Indonesia terutama kaum tani. Dan
                 Rancangan Undang-undang Pokok Agraria berkata: tanah tidak
                 boleh menjadi alat penghisapan, apalagi penghisapan dari modal
                 asing terhadap Rakyat Indonesia. Karena itu harus dihapuskan “hak
                 eigendom”, “wet-wet agraris” bikinan Belanda, “Domeinverklaring”,
                 dan lain sebagainya.

                 Kalau nanti Rancangan Undang-undang ini telah menjadi Undang-
                 undang, maka telah maju selangkah lagilah kita di atas jalan
                 Revolusi. Telah maju selangkah lagilah kita di atas jalan yang menuju
                 kepada realisasi Amanat Penderitaan Rakyat. Ya!, tanah tidak boleh
                 menjadi alat penghisapan! Tanah untuk Tani! Tanah untuk mereka
                 yang betul-betul menggarap tanah! Tanah tidak untuk mereka yang
                 dengan duduk ongkang-ongkang menjadi gemuk-gendut karena
                 menghisap keringatnya orang-orang yang disuruh menggarap
                 tanah itu!

                 “… Revolusi Indonesia tanpa Landreform sama saja gedung tanpa
                 alas, sama saja dengan pohon tanpa batang, sama saja dengan omong



            158     Dari Dirjen Agraria Menuju Kementerian Agraria
   164   165   166   167   168   169   170   171   172   173   174