Page 32 - Reforma Kelembagaan dan Kebijakan Agraria (Hasil Penelitian Strategis STPN 2015)
P. 32
Hasil Penelitian Strategis STPN 2015 17
alam (hutan lindung dan wilayah tambang). Menurut Sitorus dalam
Mustapit interaksi mereka terwujud dalam dua bentuk relasi kuasa agraria.
Pertama, relasi teknis yaitu antara aktor utama (komunitas masyarakat
adat Cek Bocek dan PT. NNT) dengan objek agraria (hutan adat yang
didalamnya terdapat kontrak karya pertambangan). Kedua, relasi sosial
yaitu relasi di antara para pihak baik yang terkait langsung maupun tidak
langsung dengan konflik. Negosiasi kepentingan para pihak berada dalam
dua ruang, yaitu ruang konflik pemaknaan dan ruang konflik hak dan
akses. 17
Berkaitan dengan relasi antara para pihak dengan obyek agraria
tersebut, kita bisa mengidentifikasi secara lebih jelas dalam hubungan
konflik yang terjadi:
Tabel 3.
Tabel Relasi Aktor dan Kepentingan
No Aktor Kepentingan Relasi
1 Masyarakat Wilayah hutan adat Memperjuangkan Hutan
Adat Cek Dodo sebagai lebensraum/
Bocek wilayah hidup dan
pengakuannya
2 Masyarakat Wilayah Hutan Dodo di Tidak ingin ada konflik
Sumbawa (Non Ropang sebagai bagian terutama yang dipicu oleh
Cek Bocek) administratif wilayah masyarakat “luar” demi
Sumbawa kedamaian serta kemajuan
sumbawa
3 AMAN Menaungi keberadaan Mengadvokasi perjuangan
Sumbawa masyarakat adat di pengakuan hutan adat
Sumbawa Dodo rinti sebagai wilayah
adat masyarakat Cek Bocek
sekaligus pengakuannya
sebagai masyarakat adat.
17 Mustapit. Kontestasi, Konflik Dan Mekanisme Akses Atas Sumber Daya
Agraria (Studi Kasus Reklaiming Hutan Lindung Pada Komunitas Petani Kopi
Rakyat Di Kabupaten Jember) . J-SEP Vol. 5 No. 1 Maret 2011 Hlm 56-57.