Page 79 - Biografi Managam Manurung
P. 79

64    Oloan Sitorus, Dwi Wulan P., Widhiana HP.


           kecil yang berlari mendaki bukit Motung mengantarkan ikan
           untuk orang tuanya, masih jelas terlihat ‘Datu’ kecil yang
           pendiam dan suka berbaju hitam itu dibonceng bunga SMA kam-
           pus nan cantik dan membanggakan, masih jelas terlihat Managam
           muda yang belajar mandiri dengan membuka usaha sendiri, dan
           tidak akan pernah terlupakan kegagalan ujian menjadi sarjana
           yang membuatnya harus menunda kelulusannya sampai satu
           tahun. Inilah perjalanan panjang Pak Managam yang dimulainya
           dari Motung, sebuah desa kecil di seberang Danau Toba sampai
           akhirnya tiba di Jakarta, kota yang dijadikan tumpuan harapan
           bagi banyak perantauan.
               Perjalanan panjang tak berjeda yang dilewati Pak Managam
           telah mengukirkan banyak kenangan di hati orang-orang
           terdekatnya yaitu keluarga dan kerabat. Tuhan telah menjawab
           doa kecilnya. Jalan hidup telah membawanya jauh meninggalkan
           Motung. Jejak kaki itu tidak cukup puas hanya berhenti di desa
           kecil tempat kelahirannya, Pak Managam telah membuktikan
           bahwa jejak kakinya telah membawanya jauh, mungkin lebih
           jauh  dari yang pernah  dibayangkan  semasa  kecil. Tidak  hanya
           Pematang Siantar, dan  Palembang atau pun  Jakarta, tapi juga
           jauh di tanah seberang sana. Sejauh apapun berjalan, Pak Mana-
           gam tetap tidak meninggalkan akarnya. Inilah yang dilakukannya,
           membangun sebuah makam/tugu raja Motung, sebuah simbol
           kebesaran/kesuksesan bagi orang Batak di tanah kelahirannya. 5
           Makam/tugu raja Motung ini dibangun dengan sangat megah
           di atas bukit Motung. Inilah bentuk penghormatan Pak Managam


               5  Meskipun membuat bangunan makam yang megah, sampai saat ini Pak
           Managam tidak mau membangun rumah kecilnya di Motung. Bagi Pak Managam
           rumah itu dibangun dari kerja keras ayahnya (holi holi ni amangku na mambangun
           jabuon), sehingga rumah sengaja dipertahankan sesuai bentuk asalnya.
   74   75   76   77   78   79   80   81   82   83   84