Page 22 - Mozaik Rupa Agraria
P. 22

(3)


           Di dalam kerajaan, macan-macan dipelihara dalam penjara besi. Satu macan
            tampak kurus dan lemah, ia tidak diberi makan berhari-hari. Induk macan
             bicara dalam bahasanya, “Semua manusia sungguh kejam, tanpa diberi
            makan teman kita dibunuh perlahan. Bahkan aku dipisahkan dari anakku,
                               Sima tak bisa menyusu.”
               “Tidak semua manusia kejam, di tempat asalku, beberapa manusia
            beraroma seperti kita, kami kerap berpapasan dan bersapa di hutan, konon
             mereka lahir bertepatan dengan terbit matahari. Beberapa manusia baik
              dan menolong bangsa kita, dan kami sering memberinya hasil buruan
               diam-diam. Tapi, memang ada manusia yang aromanya menggugah
              selera, kabarnya mereka terlahir bertepatan dengan surya terbenam.”
            Macan menggeram ketika prajurit datang membawa macan lemah keluar
            bersama kandangnya. Di alun-alun, raja, para punggawa, para prajurit, para
            pembesar dari mancanegara dan rakyat jelata menyaksikan hukuman mati
             narapidana. Hanya berbekal belati, ia ditandingkan dengan macan lapar.













            Ekologi Politik/Ekonomi Politik Sumberdaya Agraria dan Lingkungan Hidup  9
   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27