Page 6 - MP3EI, Masterplan Percepatan dan Perluasan Krisis Sosial-Ekologis Indonesia
P. 6
pertambangan batubara di Kalimantan Selatan dikerjakan oleh Dwitho Frasetiandy dari WALHI
Kalimantan Selatan. Studi mengenai relasi kuasa pertambangan marmer di Nusa Tenggara Timur
dilakukan oleh Torry Kuswardono dari Yayasan Pikul. Studi pertambangan nikel di Morowali, Sulawesi
Tengah dilakukan oleh Andikapertambangan marmer di Nusa Tenggara Timur dilakukan oleh Torry
Kuswardono dari Yayasan Pikul. Studi pertambangan nikel di Morowali, Sulawesi Tengah dilakukan oleh
Andika dari Jaringan Advokasi Tambang untuk melihat perampasan tanah dan masalah perburuhan
dalam area pertambangan tersebut. Sementara, untuk studi pertambangan nikel dan kerusakan
ekosistem di Maluku Utara dikerjakan oleh Fahruddin Maloko, dari WALHI Maluku Utara.
Temuan-temuan kami dalam studi ini pada gilirannya membuat sikap dan pandangan kritis kami atas klaim-klaim utama
MP3EI semakin menguat. Buku ini sengaja kami beri judul MP3EI: Master Plan Percepatan dan Perluasan Krisis Sosial-
Ekologis Indonesia untuk menjungkir-balikkan keyakinan mereka yang membuat naskah MP3EI, pejabat publik, dan para
pendukung MP3EI dengan menunjukkan bahwa proyek-proyek investasi-investasi berbasis sumber daya alam yang
dipercepat pelaksanaaannya dan diperluas jangkauannya itu berakibat pada semakin parahnya krisis sosial-ekologis
yang dialami oleh masyarakat setempat dan wilayah operasi proyek-proyek yang dinaungi MP3EI itu.
Untuk itu, sajian isi buku ini terdiri dari lima bagian. Bagian pertama merupakan sebuah pengantar singkat untuk
mengenal isi buku MP3EI, sekaligus menyajikan paparan kritiknya. Kami menunjukkan bahwa buku MP3EI utamanya
adalah sebuah buku yang disajikan untuk melayani para pebisnis dan investor. Bukan sebuah buku tentang
pembangunan, melainkan buku pemasaran investasi. Bagian kedua dari buku ini berupaya untuk melihat dinamika
ekonomi politik yang melatarbelakangi munculnya MP3EI. Bagian ketiga dari buku ini menguraikan perubahan peran
pemerintahan ketika MP3EI dijadikan haluan utamanya. Bagian ini berupaya memperlihatkan bagaimana rejim penguasa
sejak masa Reformasi melakukan perubahan regulasi, perubahan birokrasi dan penciptaan lembaga baru hingga
pengerahan segala sumberdaya yang dimiliki negara seperti kebijakan, keuangan, pengaturan tata ruang, hingga beragam
upaya membangun konsensus, untuk melancarkan bekerja investasi-investasi untuk akumulasi kekayaan para korporasi.
Bagian keempat merupakan sajian yang disumbangkan oleh para peneliti lapangan yang menggambarkan keragaman
krisis-krisis sosial-ekologis dalam hubungan dengan proyek-proyek yang dinaungi MP3EI bekerja dan di berbagai tempat
terpilih di Nusantara. Bagian kelima merupakan rangkuman, refleksi penutup, dan tantangan ke depan.
Akhirnya, kami harus berterima kasih pada segenap pihak yang membuat penerbitan buku ini menjadi terlaksana.
Utamanya Samdhana Institute atas dukungan dan kesempatan untuk mendiskusikan temuan awal penelitian ini pada
mitranya di Region Kalimantan. Terima kasih tak terhingga pada Hendro Sangkoyo, PhD, dan kawan-kawan dari School of
Democratic Economics (SDE) yang telah mendiskusikan rencana penelitian, menjadi bagian dari fasilitator pada tahap
penyusunan desain riset dan memberi banyak insipirasi pada penelitian ini. Juga kepada Bang Arianto Sangaji dan
kawan-kawan Yayasan Tanah Merdeka (YTM) Sulawesi Tengah yang memberi komentar kritis untuk desain penelitian dan
menyuguhi kami perjalanan dan diskusi yang mengasyikkan ke Morowali, “negeri seribu tambang”. Juga pada berbagai
organisasi masyarakat sipil dan organisasi gerakan sosial, khususnya PPLP Kulon Progo, yang dalam banyak hal ikut
mewarnai dan memberi inspirasi pada penelitian ini ketika diskusi-diskusi tentang MP3EI dilakukan. Juga kepada Arimbi