Page 29 - Perspektif Agraria Kritis
P. 29

Perspektif Agraria Kritis




                     Suatu  “keunggulan”  tersendiri  yang  ditawarkan  oleh
              perspektif  agraria  kritis  adalah  pemeriksaan  dan  pembedahan
              terhadap  klaim-klaim  kesahihan  baik  secara  konseptual-
              teoritik  maupun  praktik  pelaksanaannya.  Di  tengah
              perdebatan  sengit  antara  perjuangan  reforma  agraria  yang
              “genuine” atau “sejati” dengan “pseudo” reforma agraria atau
              reforma  agraria  “palsu”,  perspektif  agraria  kritis  justru
              menawarkan  satu  alternatif  untuk  melakukan  pemeriksaan
              ulang  klaim-klaim  itu  dengan  menekankan  prinsip-prinsip
              keadilan,  kesetaraan  dan  keberlanjutan.  Bukan  saja
              membedah  klaim  dan  posisi  “kesejatian”,  akan  tetapi  juga
              berupaya  membongkar  “kepalsuan”  perjuangan  reforma
              agraria  sehingga  kandungan  maupun  strategi  pembaruan
              agraria dapat diluruskan.
                     Perspektif agraria kritis dalam buku ini berupaya untuk
              membuka cakrawala dan mengumandangkan sebuah panggilan
              bahwa persoalan keagrariaan bukan masalah identitas kaum
              tani  semata  sebagai  pengusaha/pekerja  pertanian,  tetapi
              mempunyai  irisan  yang  mendalam  pula  dengan  identitas
              sosial  dan  budaya.  Misalnya  saja,  identitas  kaum  beriman
              sebagai  penganut  paham  keagamaan/kepercayaan  tertentu.
              Konteks semacam ini dapat digali dari aspek kesejarahan pada
              organisasi kemasyarakatan berbasis keagamaan di Indonesia,
              dan kontekstualisasi ajaran keagamaan yang dibumikan.
                     Keterpautan keagrarian dan keagamaan terletak pada,
              misalnya, subyek dan pemaknaannya. Subyek sebagai petani
              yang sekaligus penganut keagamaan/kepercayaan. Sementara
              pemaknaan  keagrarian  yang  berlapis  dan  kompleks  di
              antaranya  terletak  pada  kenyataan  bahwa  sumber-sumber
              agraria  seperti  tanah,  selain  dimaknai  secara  ekonomi  dan
              politik, juga dihayati dalam dimensi keagamaan/kepercayaan.
              Dengan demikian, maka berbagai bentuk perampasan sumber-


                                         xxviii
   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34