Page 76 - Perspektif Agraria Kritis
P. 76

Bagian I.  Pendahuluan



              abadi”.  Artinya,  hubungan  ini  tidak  dapat  diputuskan  atau
              ditiadakan oleh siapa pun selama rakyat Indonesia tetap bersatu
              sebagai  bangsa  Indonesia  dan  selama  bumi,  air  serta  ruang
              angkasa Indonesia masih ada.


              RELASI AGRARIA DAN SUBJEK AGRARIA

                     Pengertian sumber-sumber agraria seperti disajikan di
              atas  mewakili  apa  yang  Sitorus  (2002)  sebut  sebagai  lingkup
              “objek agraria”. Dalam kaitan ini, perhatian “perspektif agraria
              kritis”  bukan  terletak  pada  elaborasi  objek  agraria  ini  dari
              aspek  fisiknya—misalnya,  taksonomi,  karakteristik  fisiologi,
              fungsi, kandungan, dan sebagainya. Sebab, hal-hal seperti ini
              merupakan fokus kajian  dari  biologi,  agronomi, geologi dan
              ilmu-ilmu alam sejenisnya.

                     Memang, hal-hal teknis ini juga turut dipertimbangkan
              oleh  “perspektif  agraria  kritis”.  Akan  tetapi,  penekanannya
              bukan pada karakteristik fisiknya, namun pada sejauh mana
              segi  teknis  tersebut  berkaitan  dengan  aktivitas  kerja  manusia
              yang  ditujukan  terhadap  objek  agraria  itu  sendiri  (Sitorus
              2002:  36).  Aktivitas  kerja  manusia  atas  objek  agraria  inilah
              yang membentuk “relasi teknis agraria”.

                     Selain  menyangkut  relasi  teknis  manusia  atas  objek
              agraria,  kepedulian  “perspektif  agraria  kritis”  dalam  tingkat
              kepentingan  yang  lebih  tinggi  ditujukan  terutama  kepada
              relasi-relasi  di  antara  berbagai  “subjek  agraria”  (Sitorus  2002),
              yakni  pihak-pihak  yang  berkepentingan  atas  suatu  sumber
              agraria.  Interaksi  di  antara  berbagai  subjek  agraria  inilah—
              tentu dengan unsur-unsur kerja sama maupun persaingan di
              dalamnya—yang  membentuk  apa  yang  diistilahkan  sebagai
                                  2
              “relasi sosial agraria”.

              2  Atau biasa disebut juga “relasi sosio-agraria”. Dalam buku ini, dua istilah
              tersebut sama-sama digunakan untuk merujuk arti yang sama.


                                           11
   71   72   73   74   75   76   77   78   79   80   81