Page 111 - Pemikiran Agraria Bulaksumur, Telaah Awal Atas Pemikiran Sartono Kartodirdjo, Masri Singarimbun dan Mubyarto
P. 111
Pemikiran Agraria Bulaksumur
kecilnya adalah “Matahari”, seperti sebuah tanda bahwa kelak ia
memberi inspirasi dan pencerahan bagi banyak orang. Kualitas
ini ditapakinya dari kegemarannya mengamati dunia di sekitar-
nya, maka semenjak duduk di bangku SMA (1954) kegemaran
ini terus dijalaninya hingga ia menjelajahi berbagai desa Karo,
dan berhasil mengumpulkan banyak peribahasa. Riset kecil-
kecilan yang dijalaninya itu ternyata membuahkan hasil, tahun
2
1962 buku “1.000 Perumpamaan Karo” terbit di Medan , karya perta-
ma sang Matahari. Tapi anak sulung dari seorang petani itu pada
awalnya bercita-cita menjadi pedagang.
Di tahun-tahun itu, dekade 30 hingga 40-an, adalah masa-
masa yang sangat sulit. Indonesia baru saja keluar dari perang
yang memporak-porandakan kondisi ekonomi, rakyat hidup di
tengah kesulitan. Di masa itulah Masri kecil menjalani sekolahnya.
Satu saat ia bercerita tentang masa kecilnya bersekolah, “pakaian
seragam belum dikenal waktu itu, banyak anak ke sekolah pakai
celana kolor hitam”, kisahnya. Akan halnya sepatu dan kaos kaki,
“sampai menyelesaikan SMP di Medan, kami belum biasa
memakai alat-alat itu. Umumnya, pelajar memakai sandal bahkan
ada yang memakai bakiak”. 3
Cita-cita menjadi seorang pedagang akhirnya berubah. Itu
terjadi ketika seorang guru dengan suara keras membentak soal
2 “Apa dan Siapa Sejumlah Orang Indonesia,” Tempo, 1981.
3 Herb Faith, “Sang Jiwa Bebas dan Luar Biasa Murah Hati,” dalam
Robert Parangin-Angin & Irawati Singarimbun (ed.), Matahari di Hati Kami
(Jakarta: Yayasan Merga Silima, 1998), hlm. 229-231. Apa yang ditulis Faith,
pernah dituturkan Masri kepada Kompas, “Dr. Masri Singarimbun, Indikator
Sosial Untuk Melihat Kemakmuran Masyarakat Sudah Patut Disempurnakan”,
Kompas, Minggu, 26 April 1981 dan juga ditulis dalam rubrik “Pokok dan Tokoh”,
Majalah Sigma, hlm. 9-11 dan 51-52.
92