Page 7 - Pemikiran Agraria Bulaksumur, Telaah Awal Atas Pemikiran Sartono Kartodirdjo, Masri Singarimbun dan Mubyarto
P. 7

Pemikiran Agraria Bulaksumur
            menjadi alat pembebasan manusia dari struktur menindas
            tersebut (lihat juga Freire, 1973: Education as the Practice of Free-
            dom). Tentu saja disadari celah ini menuntut perubahan funda-
            mental yang spektrumnya meliputi kehendak politik (political will)
            dalam mengubah susunan masyarakat serta mereform dalam
            institusi pendidikan itu sendiri. Pada titik ini memang bisa muncul
            tanda tanya, sehubungan dengan impak perubahannya yang
            tentulah akan membawa konsekuensi adanya pembatasan-pem-
            batasan kepentingan golongan elite yang tidak akan rela dan mu-
            dah melepaskan kekayaan dan kekuasaannya yang justeru
            menjadi target proses pembebasan itu sendiri.
                Sehubungan dengan wujud institusional pendidikan, STPN
            selain tetap melanjutkan sistem pendidikannya yang sudah ‘baku’
            berupa pengajaran dan penggemblengan di dalam kelas (teori/
            konseptual) dan di luar kelas (praktik kerja/penelitian lapangan),
            ia juga mengintroduksi metoda pendidikan ‘jaringan belajar’
            (learning webs). Jaringan belajar ini dikenal dengan nama ‘Lingkar
            Belajar Bersama Reforma Agraria’ (LIBBRA). Jaringan belajar ini
            menggelar diskusi-diskusi kritis atas bahan-bahan substansi yang
            telah dipilih dan disediakan oleh sejumlah partisipannya dengan
            merujuk pada tulisan-tulisan mutakhir dari pakar dalam negeri
            maupun asing di bidang agraria. Dalam hal ini jaringan belajar
            ini pun melengkapi dirinya dengan situs web site di dunia maya
            agar bahan dan hasil-hasil diskusinya dapat diakses khalayak
            peminat  secara lebih luas.
                ‘Jaringan belajar’ ini juga bekerja dalam pola yang men-
            diseminasi hasil-hasil penelitian di berbagai aras (desa, kecamatan,
            kabupaten/kota, dan propinsi) dengan melibatkan para pihak,
            unsur pemerintah, pegiat pergerakan, pengusaha, cendekiawan,
            dan unsur khalayak lain. Dengan cara ini hasil-hasil penelitian

            vi
   2   3   4   5   6   7   8   9   10   11   12