Page 245 - Ranah Studi Agraria: Penguasaan Tanah dan Hubungan Agraris
P. 245

Ranah Studi Agraria

            kecenderungan meningkat, dan walaupun beban kerja penge-
            dok/penceblok bertambah berat, namun kenyataannya kelem-
            bagaan ini tetap bertahan. Ini artinya kelembagaan ini secara
            sosial diterima. Implikasinya, jika sasarannya ialah lapisan

            masyarakat yang lemah, maka diperlukan adanya kebijakan
            yang dapat mengatur kelembagaan ini sedemikian rupa, se-
            hingga antara pemilik tanah dan penggarap terjalin hubungan
            kerja yang tidak timpang. Dalam hubungan dengan soal ini,
            UUPBH baru mengatur masalah bagi hasil. Soal kedokan belum
            tercakup. Bahkan, seperti telah diterangkan, UUPBH ini pun
            belum berjalan sebagaimana mestinya. Masih adanya pem-
            bebanan kewajiban pada penggarap bagi hasil membayar pajak
            Ipeda membuktikan bahwa UUPBH kurang dihayati. Ini semua
            berarti bahwa—sekali lagi—jikalau reforma agraia secara inte-
            gral belum mungkin dilaksanakan secara konsekuen, paling
            sedikit perlu adanya tenancy-reform, yaitu reformasi hu-
            bungan pemilik tanah dan pengarap yang mencakup bukan
            saja bagi hasil tapi juga bentuk-bentuk lainnya (kedokan/ceb-
            lokan, sewa-menyewa, gadai-menggadai).






















            176
   240   241   242   243   244   245   246   247   248   249   250