Page 49 - Multipurpose Cadastre Pengadaan Tanah dan Legalisasi Aset: Penyelesaian Persoalan-persoalan Agraria dan Tata Ruang
P. 49

Multipurpose Cadastre, Pengadaan Tanah, dan Legalisasi Aset
            40

            Sebagai  contoh  adalah  hasil  survei  yang  pernah  dilakukan  di
            beberapa  tempat  di  Provinsi Jawa  Tengah,  utamanya Pengadaan
            Tanah untuk Jalan TOL Semarang – Batang dan Pengadaan Tanah
            Waduk  Pidekso Wonogiri.  Dalam rangkaian  kegiatan pengadaan
            tanah  menunjukkan  bahwa  dokumen perencanaan pengadaan
            tanah  masih  cenderung bias,  tidak  jelas  serta  cenderung  bersifat
            normatif,  atau bisa juga  dikatakan hanya  sekedar memenuhi
            asas administratif  saja.  Proses  penyiapan dokumen  perencanaan
            pengadaan  tanah  hendaknya disusun secara valid dari aspek data

            yakni  memuat  secara  jelas,  lengkap,  dan  tepat  lokasi  yang  akan
            diajukan untuk pengadaan tanah. Baik berdasarkan koordinatnya,
            batas-batas  wilayah,  batas-batas  bidang tanah  yang terkena  serta
            yang  terdampak. Selain itu,  subyek hak/pemilik/yang menguasai
            tanah harus secara tegas telah didokumentasikan secara benar dan
            jelas. Namun pada kenyataannya pada dokumen perencanaan belum
            memuat syarat tersebut secara benar dan valid. Salah satu akibatnya

            adalah pada saat sosialisasi (sebelum konsultasi publik), masyarakat
            yang diundang untuk menghadiri sosialisasi sudah dibuat bingung.
            Hal inilah yang menjadi awal munculnya resistensi permasalahan
            pengadaan tanah. Masyarakat bertanya-tanya terkait tanah siapa saja
            yang terkena, dimana saja batas-batas bidang tanah yang menjadi
            obyek pengadaan tanah, berapa besarnya ganti kerugian, dan lain-
            lain. Kondisi ini menyebabkan  pada  saat  panitia  A  dan Panitia B
            dari Kantor Pertanahan turun lapang, data yang termuat di dalam
            dokumen perencanaan dan data yang dikumpulkan kedua panitia

            tersebut menjadi berbeda, dan ini menjadi masalah di lapangan.
                Ketika digali  lebih dalam  mengenai dokumen  perencanaan
            pengadaan  tanah, dokumen  yang dimiliki  oleh  instansi  yang
            membutuhkan tanah tersebut ternyata  disusun  berdasarkan  atas
            Dokumen LARAP (Land Acquisition Resettlement Action Plan) yang

            pengerjaannya  dapat dilakukan  oleh  instansi yang  membutuhkan
   44   45   46   47   48   49   50   51   52   53   54