Page 265 - Buku Ajar Biokimia 2: Biomolekul
P. 265

pengawet seperti formalin dan asam borat dilarang digunakan dalam produk
pangan. Penggunaan formalin, yang biasanya digunakan sebagai pengawet mayat
dan dalam penelitian hewan, dapat menimbulkan risiko kesehatan yang serius jika
disalahgunakan. Kebijakan pemerintah yang ketat mencerminkan potensi bahaya
yang terkait dengan senyawa ini, seperti iritasi pernapasan, kulit melepuh, serta
gejala seperti mual, muntah, diare, dan sakit kepala. Paparan formalin dan asam
borat dalam jangka panjang juga dapat mengakibatkan kerusakan pada organ-
organ tubuh seperti hati, jantung, otak, serta mutasi genetik yang berpotensi
menyebabkan kanker. Formalin memiliki beragam aplikasi, tidak hanya sebagai
agen desinfektan dan antiseptik, tetapi juga sebagai bahan baku dalam industri
untuk memproduksi lem kayu lapis, resin, dan tekstil. Di sisi lain, asam borat atau
boraks, yang umumnya digunakan sebagai pembersih, fungisida, herbisida, dan
insektisida dalam kehidupan sehari-hari, memiliki efek toksik bagi manusia.
Pertimbangan biaya sering kali mendorong produsen untuk menggunkan
pewarna tekstil dalam produk makanan, karena harganya yang relatif lebih murah
dan dapat memberikan warna yang mempunyai daya tarik secara visual
dibandingkan pewarna makanan konvensional. Namun, beberapa pewarna tekstil
seperti Rhodamin B dan metanol kuning bersifat karsinogenik, yang dapat
menyebabkan perkembangan penyakit seperti kanker pada organ tubuh manusia
jika terpapar dalam jangka waktu yang lama. Temuan baru-baru ini
mengungkapkan adanya bahan kimia berbahaya dalam berbagai produk pangan
seperti tahu, mie, dan jajanan, yang menimbulkan kekhawatiran terhadap
keamanan pangan. Produk-produk ini sering dijual di lingkungan sekolah oleh
pedagang dan juga tersedia di masyarakat luas, menekankan pentingnya berhati-
hati saat mengonsumsi produk tersebut.
Metode pada uji boraks dan formalin dilakukan dengan mengunakan metode
kualitatif dan kuantitatif untuk mengetahui ada atau tidak bahan pangan dalam
sampel pangan dan untuk mengetahui kadar boraks atau formalin (Khasanah &
Rusmalina, 2019). Analisis kualitatif untuk pengujian boraks biasanya melibatkan
261





































































   263   264   265   266   267