Page 196 - Kimia Fisika
P. 196

mempunyai hubungan XA,  +XB,  =1 dan XA,V dan XB,V =1. Jika kita pilih tekanan untuk menyatakan keadaan sistim di daerah dua fasa, maka perpotongan garis horizontal dikurva cair dan uapnya menghasilkan X  dan XV nya langsung. Jika XA  yang dipilih untuk menyatakan keadaan sistim, maka perpotongan garis vertikal (pada XA, ) dengan kurva cair akan menghasilkan nilai P. Dari nilai P ini maka nilai XA,V dapat segera diketahui.
Di daerah dua fasa, daerah (  +v) pada gambar (13.2), komposisi sistim secara keseluruhan dapat bervariasi antara batas-batas XV dan Xl tergantung pada jumlah relatif cairan dan uap yang ada. Jumlah relatif uap dan uap yang ada dapat dihitung dengan aturan lever (lever-rule). Panjang segmen garis antara titik E dan H dalam gambar (13.2) kita nyatakan dengan EH dan antara E dan I dinyatakan dengan EI ; nA,  dan nA,V merupakan jumlah mol komponen A, masing-masing dalam fasa cair dan uapnya; maka nA = (nA,  + nA,V). Jika n  dan nV merupakan jumlah mol total cairan dan uap yang ada, n = n  +nV maka dari gambar (13.2) diperoleh
EH= XA −XA,3 dan EI = XA,2 −XA EH= nA −nA, EI = nA,V −nA
nn nVn
Kalikan EH dengan n dan EI dengan nV lalu
dikurangkan
Belajar Kimia Fisika Berbasis Tugas│ 187
     



























































































   194   195   196   197   198