Page 197 - Kimia Fisika
P. 197

(EH)n −(EI)nV =(n +nV )nA −(nA, +nA,V ) n
(EH)n −(EI)nV =(nA −nA)=0 Jadi
(EH)n = (EI)n atau n = (EI) (13.9)
V
nV (EH)
 Persamaan (13.9) disebut dengan aturan lever. Jika titik E lebih dekat ke garis cair (titik H), sistim mengandung cairan yang lebih banyak dibandingkan dengan jumlah uapnya. Jika titik E lebih dekat ke garis uap (ke titik I), jumlah cairan yang ada relatif lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah uap yang ada. Dan jika titik E berimpit dengan titik H, maka EH nol dan nV harus sama dengan nol, jadi hanya terdapat cairan saja. Penurunan aturan lever di atas dapat diterapkan untuk setiap sistim dua komponen dua fasa, tidak hanya kesetimbangan uap-cair saja. Jadi jika ada dua fasa  dan , n dan n adalah jumlah total mol dalam fasa  dan  dan   dan   merupakan panjang garis dari suatu titik (didaerah dua fasa) ke garis fasa  dan fasa , maka analog dengan persamaan (13.9) kita peroleh
n  = n  (13.10) Kadang-kadang, dalam diagram fasa digunakan (sebagai absis) fraksi berat atau persen berat (bukan XA). Dalam keadaan seperti ini, aturan lever
menjadi
m  = m  (13.11)
 188 │Dr. Sanjaya, M.Si., M. Hadeli. L.,M.Si.Ph.D, dkk

























































































   195   196   197   198   199