Page 152 - Buku Siswa Kelas 6 Tema 7 Revisi 2018
P. 152

Syukur Sepanjang Hari
                                                   Oleh: Santi Hendriyeti




                    “Iiih...lagi-lagi oseng tempe!!” gerutu Imah sambil menutup kembali tudung
                    saji di atas meja. “Nggak ada lauk lain toh, Bu? Bosan aku Bu. Masakan Ibu
                    begitu-begitu saja. Aku sarapan bubur ayam di dekat sekolah saja lah”, Imah
                    terus menggerutu sambil berkemas untuk berangkat ke sekolah.


                    Begitulah Imah. Ibu hanya mengelus dada mendengar gerutuannya. Bukan
                    sekali dua kali ia mengeluh atas masakan yang tersedia. Padahal, ibu selalu
                    berusaha menyediakan menu sarapan lengkap bergizi. Memang lauk ayam
                    dan daging jarang tersedia, tetapi bukankah tempe dan tahu pun bernilai gizi
                    tinggi? Pikir ibu.

                    Imah pun mengayuh sepedanya ke sekolah. Sudah terbayang olehnya
                    lezatnya sarapan bubur ayam di pinggir jalan itu. Dari jauh sudah dilihatnya
                    antrian pembeli di sekitar tukang bubur langganannya. Ikut mengantri, Imah
                    memperhatikan sekelilingnya. Sebagian pembeli adalah para pegawai yang
                    siap berangkat ke tempat kerja, sebagian lagi siswa yang belum sempat
                    sarapan di rumah.

                    Di antara antrian, ada Banu teman sekelas Imah. “Hai Banu, sering juga kamu
                    sarapan bubur ayam di sini”, sapa Imah.

                    “Ya sering lah. Bagaimana lagi? Ibuku tidak mungkin menyediakan sarapan
                    tiap pagi. Sebelum subuh ia sudah berangkat ke pasar. Ia harus bersiap-siap
                    untuk berjualan di sana”, kata Banu.

                    “Sesungguhnya, aku lebih menikmati masakan ibuku. Lebih lezat, lebih sehat,
                    dan yang pasti dibuat dengan penuh kasih sayang. Tapi aku paham, bukan
                    karena tidak sayang ibuku tidak membuat sarapan untukku. Tetapi hanya
                    karena ia tidak punya cukup waktu, untuk mengerjakannya, beliau membantu
                    ayah menghidupi keluarga,” tambah Banu.

                    “Makanya, kami sangat menikmati suasana makan malam. Makan masakan
                    ibu, sesederhana apa pun menunya, selalu terasa lebih nikmat.” Banu terus
                    berbicara, tanpa memperhatikan Imah yang hanya termenung mendengarkan.

                    Tiba giliran Imah menerima mangkuk buburnya. Tiba-tiba, rasa bubur ayam
                    yang biasanya nikmat, seperti mengganjal di tenggorokannya. Imah teringat
                    oseng tempe buatan ibu yang dibiarkannya tergeletak di meja tadi pagi.










                    146     Buku Siswa SD/MI Kelas VI






                                             Di unduh dari : Bukupaket.com
   147   148   149   150   151   152   153   154   155   156   157