Page 2 - 27 februari 2018_Neat
P. 2
Melibatkan Anak Dalam Aksi Demo 212,
Dikecam TRC PAI
emoX Jember - Melibat-
kan anak dalam Aksi 212
MJember pada 21 Februari
2018 lalu terus menuai kecaman. Jika
sebelumnya hal tersebut dikecam oleh
warganet, kali ini Koordinator Nasion-
al (Kornas) Tim Reaksi Cepat Perlind-
ungan Anak Indonesia (TRC PAI) dan
juga seorang pemerhati anak, Naumi
Lania.
Setelah membaca berbagai ber-
ita terkait dilibatkannya anak dalam
aksi demo 212 di Jember, perempuan
yang telah memprakarsai berdirinya
Prasasti Angeline di Bali pada tanggal
21 Juli 2015 (Angeline adalah korban
pembunuhan oleh ibu tirinya, red) itu
pun mengutarakan penyesalannya atas
kenyataan tersebut.
Koordinator Nasional (Kornas) Tim Reaksi Cepat Perlindungan Anak
Indonesia (TRC PAI) dan juga seorang pemerhati anak, Naumi Lania. “Jangan ajarkan anak tentang ke-
bencian, jangan pertontonkan kepada
anak tentang kekerasan, anak rusak
bagaimana orang tuanya, anak santun
dan baik pun bagaimana orang tuan-
ya,” terang Naumi.
Menurutnya pelibatan anak dalam aksi demo adalah sebuah bentuk eksploitasi anak dalam peristiwa yang
dapat memicu kekerasan. “Apapun alasan di balik Aksi 212 Jember, anak tidak boleh diikutkan demo,” imbuhnya.
Mengacu pada UU RI Nomer 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas UU RI Nomer 23 Tahun 2002 tentang Per-
lindungan Anak, Pasal 15 huruf a berbunyi, setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari penyalahgunaan
dalam kegiatan politik.
Begitu juga pada huruf c pada pasal yang sama berbunyi setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari
pelibatan dari pelibatan kerusuhan sosial, dan huruf d berbunyi setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari
pelibatan dalam peristiwa yang mengandung unsur kekerasan.
Naumi pun menyebutkan beberapa hak anak menurut konvensi PBB tahun 1998, di antaranya anak berhak untuk
bermain, mendapatkan pendidikan, perlindungan, kesehatan, makanan, rekreasi, persamaan, kebangsaan dan peran da-
lam pembangunan.
Demo itu tidak ada peran pembangunan, tidak ada per- an demo itu pembangunan, dan tidak
wajar anak itu berpanas-panasan, anak itu tempatnya di rumah, bermain di rumah,”
tandasnya. (ren/ min)