Page 94 - Pendidikan-Agama-Kristen--Kelas-8
P. 94

hidup sehat dengan hati yang gembira. Ada sebuah penelitian yang dilakukan
                 terhadap  orang  berusia  lanjut.  Menurut  hasil  penelitian  itu,  kakek  dan  nenek
                 yang  membiasakan  dirinya  hidup  bersyukur,  senang  tertawa,  bisa  menerima
                 keadaannya dengan sukacita, tidak suka ngomel-ngomel dan mengeluh, biasanya
                 tubuhnya  lebih  sehat,  jarang  sakit  atau  pun  stres.  Mereka  memiliki  semangat
                 hidup yang lebih.
                    Hal itu sama seperti yang diungkapkan dalam Amsal 17:22: “Hati yang gembira
                 adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang.” Hati
                 yang gembira adalah salah satu akibat dari hidup bersyukur. Sedang semangat
                 yang patah biasanya terwujud dalam keluhan, lawan kata dari hidup bersyukur.
                 Jadi artinya, keluhan keputusasaan akan membuat hidup kita tambah berat.
                    Hidup bersyukur juga akan membuat kita lebih mudah bergaul dengan orang
                 lain. Apabila kamu mempunyai teman yang suka mengeluh dan mengomel, selalu
                 marah-marah  dan  cemberut,  tentunya  kamu  tidak  merasa  nyaman  berteman
                 dengan  orang  seperti  itu,  bukan?  Akan  berbeda,  kalau  temanmu  itu  selalu
                 berwajah ceria dan kata-kata yang diucapkannya selalu dengan nada gembira.
                 Senyum dan tawa selalu menghiasi wajahnya. Kamu pasti akan merasa senang
                 dan nyaman berteman dengannya. Begitu juga orang lain terhadapmu. Hati yang
                 bersyukur  akan  membawa  kegembiraan  dalam  hidup  kita.  Kegembiraan  akan
                 menarik orang-orang untuk senang berteman dengan kita.
                    Rasul  Paulus  sedang  mendekam  di  penjara  di  kota  Roma  ketika  menulis
                 surat  Filipi.  Akan  tetapi,  Rasul  Paulus  tidak  mengeluh  dan  mengomel  dengan
                 keadaannya,  ia  tetap  bersukacita. Tidak  ada  satu  pun  kata-kata  keluhan  dalam
                 suratnya,  sebaliknya  penuh  dengan  nasihat  untuk  bersyukur  dan  bersukacita.
                 ”Bersukacitalah  senantiasa  dalam  Tuhan!”  begitu  Paulus  menulis  (Filipi  4:  4).
                 Lalu,  ”Nyatakanlah  dalam  segala  hal  keinginanmu  kepada  Allah  dalam  doa  dan
                 permohonan  dengan  ucapan  syukur.”  (Filipi  4:  6).  Dengan  demikian,  kita  akan
                 mengalami damai sejahtera Allah (Filipi 4: 7). Damai sejahtera, dalam bahasa Ibrani,
                 syalom, bukan berarti hidup bebas dari kesulitan, tetapi  kita dapat merasakan
                 ketenangan, kententraman, dan sukacita, sekalipun dalam kesulitan dan masalah.
                 Jadi, damai sejahtera itu terletak di dalam hati kita, bukan di luar diri kita. Damai
                 sejahtera yaitu ketika kita dapat bersyukur untuk segala apa yang terjadi dan yang
                 kita hadapi dalam hidup ini.
                    Damai  sejahtera  dapat  dilihat  pada  kehidupan  Rasul  Paulus.  Sekalipun  ia
                 dipenjara, artinya secara f sik ia juga mungkin sedang menderita, tetapi ia tetap
                 tegar, tidak putus asa, dan yang terpenting ia tidak kehilangan sukacita dan rasa
                 syukur. Bahkan lebih dari itu, ia juga tetap bisa menjadi berkat bagi jemaat di
                 Filipi,  Efesus,  dan Tesalonika.  Melalui  suratnya,  ia  menghibur  dan  menguatkan
                 jemaatnya dalam menghadapi masalah hidup mereka. Rasul Paulus pun menulis,



                  86        Kelas VIII SMP
   89   90   91   92   93   94   95   96   97   98   99