Page 6 - VOC : 1602-1799
P. 6

E-BOOK SEJARAH INDONESIA KELAS XI


            2) Ekstirpasi  (penebangan tanaman), hal ini terjadi karena permintaan
               rempah-rempah di pasar yang makin semakin tinggi mendorong penduduk

               untuk memperluas daerah penanamannya. Akibatnya terjadi hasil yang
               berlebihan (overproduksi) dan menyebabkan harga rempah-rempah merosot

               ataupun meningkatnya penyelundupan.  Apabila ada  penduduk pada suatu
               daerah yang tertangkap menyelundupkan rempah-rempah, maka tanaman di

               daerahnya akan dimusnahkan dengan cara dibakar. Hal ini tentu saja

               mengakibatkan perlawanan dari rakyat seperti yang terjadi di daerah
               Banda (1621) dan Ambon (1623). Agar produksi rempah-rempah terjamin,

               Belanda  akan  merampas  tanah  milik  para  pembangkang  kemudian
               membagikannya pada orang kepercayaannya yang disebut perkeniers.

            3) Verplichte  leverantie  atau  penyerahan  wajib,  biasanya  diberlakukan
               pada suatu kerajaan yang melakukan perjanjian monopoli  perdagangan

               dengan VOC, apabila raja kalah perang maka mereka wajib enyerahkan

               hasil bumi yang diperlukan oleh VOC dengan penggantian harga rendah.
            4) Contingenten  adalah  penyerahan  hasil  bumi  berupa  pajak  dan  tidak

               memperoleh  ganti,  hal  ini  terjadi  pada  rakyat  yang  wilayahnya
               dikuasai VOC.

            5) Devide et impera atau disebut juga politik adu domba dan tipu muslihat
               yang dilakukan oleh VOC untuk mendapatkan keuntungan dan kekuasaan

               sebesar-besarnya. Sebagai contoh : Raja Mataram Paku Buwana II yang
               sedang sakit dipaksa untuk menandatangani sebuah naskah perjanjian

               yang berisi tentang penyerahan kekuasaan kerajaan Mataram kepada VOC
               pada tahun 1799.

            6) Preangerstelsel adalah kebijakan tanam wajib yang diberlakukan bagi

               rakyat  di  daerah  priangan  (sunda)  untuk  menanam  tanaman  komoditas
               ekspor  berupa  kopi.  Dalam    Preangerstelsel  para  bangsawan  sunda

               (menak dan sentana) dikerahkan untuk memimpin budi daya kopi sejak
               tahun 1720, selain itu para petani sunda harus menyerahkan sekitar

               seperlima  hasil  panen  padi  mereka.  Hal  ini  tentu  saja  membebani
               petani, mereka merasa dijadikan budak dan ditindas oleh pemerintah

               Belanda.




        6
   1   2   3   4   5   6   7   8