Page 132 - 3 Curut Berkacu
P. 132

 114 3 Curut Berkacu
kencang, darah gue berdesir deras.
“Iya, saya, bu,” jawab gue seketika. “Ada apa ya, bu,
bukannya celananya sudah saya beli, Bu?” sambung gue agak gugup.
“Ini dek, ibu mau kembalikan uangnya 20.000 untuk kamu jahit celananya!” lanjut si Ibu dengan senyum yang masih tergopoh-gopoh.
“Loh, kok dikembalikan, Bu?” sangkal gue sambil menolak uluran uang 20.000 dari tangannya.
“Gak apa, Bu, nanti saya jahit pake uang saya saja, Bu, kan ini murni kesalahan saya, Bu,” lanjut gue masih menolak. Gue merasa gak enak aja menerima uang itu, bukannya itu memang salah gue, dan si Ibu itu kan sedang dagang, kasian kalau malah jadi rugi.
“Gak apa-apa, dek, diambil saja, anggap aja ini diskon dari ibu,” jelas si Ibu itu lagi memaksa gue menerima uang itu.
“Sudah sih, Yu, ambil aja sih uangnya, gak apa kok.” Celetuk Alkaf.
Ibu itu memaksa untuk gue menerima uangnya, dan tidak ada pilihan lain juga buat gue selain menerima uang itu. “Terimakasih banyak ya, Bu,” ujar gue. “Sama- sama, dek,” balasnya, “sukses selalu ya, dek!” lanjutnya penuh senyum sambil mengangkat lengan kanannya dan mengepalkan tangannya. Sumpah, gue terenyuh!
Kejadian ini tidak pernah bisa gue lupakan. Si Ibu yang berhati mulia ini akan gue kenang selalu. Gue berdoa semoga Allah selalu melapangkan rejeki untuk si Ibu, semoga selalu disehatkan jiwa dan raganya, dan tetap diistiqomahkan untuk dapat berbuat baik bagi sesamanya.
























































































   130   131   132   133   134