Page 233 - 3 Curut Berkacu
P. 233
Curut Egois 215
***
Gue membaringkan tubuh gue di sofa panjang ruang
tamu. Saat tiba di rumah, gue hanya melepas baju dan meletakkan ponsel di atas kasur. Jujur, kekesalan gue pada Bima masih tersisa banyak. Gue mencoba menarik nafas dalam-dalam dan berusaha rileks seperti yang gue ajarkan ke Bima. Kali ini gue yang harus melakoninya.
Beberapa kali dentingan suara ponsel gue berbunyi tanda notifikasi masuknya pesan whatsapp. Tapi gue belum beranjak ke kamar untuk melihat pesan dari siapa gerangan. Gue mencoba berfikir jernih. Gue mencoba mendudukkan diri gue pada posisi Bima, kira-kira apa yang masuk akal yang bisa membuat Bima seperti itu. Gue merasa tidak mengenal Bima karena sikapnya tadi.
Namun, semakin gue coba mencari alasan pembenarannya, semakin buntu otak gue memikirkannya. Tidak ada alasan yang masuk akal untuk sikap Bima itu selain karena dia egois. Titik!
Gue melirik jam tangan gue, ‘what?? Sudah jam enam! Mampus, gue belum gosok untuk persiapan baju seragam sekolah buat besok,’ gerutu gue.
Gue bergegas segera mandi dan shalat Magrib.
Hampir lupa, tadi ada notif whatsapp. Gue segera meraih ponsel dan membuka pesan masuk. Sejenak gue terpaku membaca isi pesan yang masuk. Itu pesan dari Bima.
‘Yu, gue minta maaf ya,’
‘Gue sadar gue salah,’
‘Gue sadar gue egois,’
‘Gue sadar apa yang gue lakuin itu gak baik,’