Page 231 - 3 Curut Berkacu
P. 231
Curut Egois 213
berbuat seperti itu ke Bima.
“Ini bukan soal tata tertib di Saka Bhayangkara saja,
Kak, tapi ini soal Korsa dan kepedulian bersama antar keluarga Saka Bhayangkara. Ini soal nurani, kak, dan saya rasa Bima tidak punya itu!”
“Tapi Wahyu, haruskah dengan cara kekerasan?” suara kak Afif mulai mereda. Gue memalingkan wajah ke Bima yang sedang tertunduk di antara kedua lututnya, gue hanya diam tak menjawab.
“Benar kamu merasa begitu, Bim?” kali ini kak Afif bertanya ke Bima.
“Saya memang tadi buru-buru, Kak, karena setelah ini ada acara di rumah,” jawabnya membela diri.
“Owh ya? Acara apa, Bim?”
“Ada pengajian keluarga di rumah saya, Kak.” “Omongan kamu ini bisa dipegang, Bim?”
“Demi Allah, Kak, saya tidak bohong.”
“Nah, Wahyu, kamu dengar kan, harusnya kamu cari
tau dulu alasan Bima, jangan semena-mena kayak tadi!” “Kalau dia punya nurani atau setidaknya sikap yang baik, meskipun basa-basi, dia pasti menyempatkan waktunya sekedar menjenguk atau bertanya kabar tentang
Iqbal, Kak, waktu Ishoma pertama itu panjang loh, Kak.” Mendengar kalimat gue terakhir, Bima memalingkan wajahnya ke gue seakan tidak terima penjelasan gue ke
Kak Afif.
“Lu yang gak bisa pahami, orang juga butuh makan,
toh gue ketemu Iqbal juga di Mesjid,” Bima menimpali dengan nada tinggi.
“Ada kata maaf lu, gak?” tanya gue juga dengan nada