Page 232 - 3 Curut Berkacu
P. 232

 214 3 Curut Berkacu
tinggi.
“Karena gue mau shalat, setelah shalat gue mau
bicara, tapi Iqbal keburu pergi duluan, ya mana sempat gue,” tukasnya menurunkan nada suaranya.
“Intinya karena lu gak tau diri! Lu egois!”
“Lu bajingan, Yu!”
Bima kembali emosi, tak terima dengan tudingan gue. “CUKUP!” hardik kak Afif.
“Saya mau kalian saling minta maaf!” ucap kak Afif
selanjutnya, sambil menepuk pundak gue dan Bima dengan cukup keras.
Kak Afif memaksa kami bersalaman. Tangan gue ditarik untuk meraih tangan Bima. Memang, saat ini tangan kami bersalaman, tapi tidak dengan hati kami. Gue masih memendam kekesalan tingkat iblis, dan gue yakin Bima juga demikian.
“Kalian ini saudara, satu angkatan, satu keluarga dalam Saka Bhayangkara. Harusnya saling menjaga dan saling peduli, saling mengasihi, bukan saling benci seperti ini!” lanjut kak Afif menasihati.
“Iya, Kak, saya minta maaf,” gumam Bima
“Ya sudah, saya juga ada acara setelah ini. Kalian pulang sana! Minggu depan saya gak mau lagi melihat seperti ini. Jika ini berlanjut, kalian akan menerima konsekuensinya!”
Gue langsung beranjak pergi, mengambil motor gue dan langsung tancap gas. Dalam perjalanan pulang, gue mencoba mengalihkan perhatian, tapi rasa kesal belum sepenuhnya sirna. Jika bagi kak Afif, ini adalah akhir perselisihan kami. Tapi bagi gue, ini mungkin awal dari perselisihan gue dan Bima untuk hari-hari ke depannya.





















































































   230   231   232   233   234