Page 252 - 3 Curut Berkacu
P. 252

 234 3 Curut Berkacu
itu pasti pilihan Iqbal, kami kalau nonton bareng bertiga selalu memilih nomor kursi itu; F8, F9, dan F10. Jika sudah ada yang menempati, kami memilih di E atau G, karena itu tempat yang sangat pas, tidak perlu mendongak atau menunduk berlebihan saat menonton.
Iqbal memalingkan tubuhnya ke belakang saat gue sudah duduk bersama Jenong. Gue mengenalkan Jenong ke Fiera karena Iqbal pastinya sudah ia kenal cukup lama, kan dia sering nginap di rumah gue.
Selama pemutaran film berlangsung, gue tidak sepenuhnya memerhatikan layar. Sesekali gue menoleh ke sela-sela kursi di depan gue. Tapi sayang, selain ruang studio yang gelap, gue juga waspada agar si Jenong tidak curiga. Gue beberapa kali melihat Fiera sangat dekat ke Iqbal, apalagi pada saat tayangan adegan yang menakutkan, Fiera terlihat agak menjerit dan menyandarkan kepalanya di bahu Iqbal sambil menutup matanya menghindari untuk melihat adegan itu. ‘Harusnya gue yang duduk di kursi Iqbal itu!’ gerutu gue dalam hati dengan sangat tongkol, eh, dongkol!
Siksaan batin terasa begitu bertubi-tubi malam ini. Maksud hati datang ke bioskop untuk melepas penat, eh, malah sebaliknya, penat semakin berkecamuk. Meskipun suhu studio sangat dingin, tapi gue merasa begitu gerah. Hati gue panas karena harus menyaksikan dua pertunjukan sekaligus; Split Movie dan dua kursi di depan gue. Gak menyangka Fiera telah bersama Iqbal.
Fiera yang gue gambarkan seperti bunga violet, yang umumnya memiliki 6 kelopak berwarna ungu lembut di





























































































   250   251   252   253   254