Page 251 - 3 Curut Berkacu
P. 251

 Bunga Violet 233
belakang, hampir tak berkedip. Seketika Fiera membalikkan wajahnya dan tersenyum ke gue sesaat sebelum memasuki ruang studio 2.
Hah, Studio 2? Gue segera merogoh kantong celana gue, mengambil tiket, dan gue melihat tulisan angka dua yang besar pada sudut kanan bagian bawah tiket. Berarti kami dalam satu studio yang sama. Gue menarik nafas, ‘Astajiem’, pekik gue pelan.
“Plang, ayuuuk!” ajak si Jenong saat baru saja keluar toilet, gue hanya mengangguk tanda setuju. “Langsung masuk aja yuk! Sudah dibuka juga tuh!” ajaknya lagi sambil mengambil kresek yang ada di tangan gue, menarik lengan gue untuk mengikuti langkahnya ke arah pintu studio 2.
Langkah gue terasa berat dan sempoyongan, semangat gue jadi ‘ambyar’. Lorong hitam gelap menuju ruang studio gue lewati dengan pandangan kosong, senyum dari dua orang cewek petugas penyobek tiket tak gue hiraukan lagi, padahal biasanya gue menyempatkan diri untuk menggurauinya.
Langkah gue mulai menyusuri anak tangga studio menuju nomor kursi yang telah gue pilih, E9 dan E10. Iqbal dan Fiera terlihat sudah duduk di bagian tengah. Saat melihat gue, Iqbal melambaikan tangan, gue balas dengan senyum berat.
“Itu temen lu, Plang?” tanya si Jenong saat melihat Iqbal melambaikan tangan ke arah gue dan gue jawab dengan nada sedikit sinis, “iya!”
‘Alamak Jang!’ Iqbal dan Fiera ternyata duduk di kursi F9 dan F10, berarti mereka tepat di depan gue. Wajar sih,



























































































   249   250   251   252   253