Page 320 - 3 Curut Berkacu

302 3 Curut Berkacu
Berbeda dengan Bima. Menurutnya, Sabtu pagi itu adalah jadwal bersih-bersih di rumahnya. Ia membantu ibunya melakukan pekerjaan rumah setiap Sabtu. Katanya lagi, akhir pekan bagi dia merupakan peran babu mingguan yang harus ia jalankan di rumahnya. Dia takut kalau tidak menuruti perintah nyokapnya, bisa-bisa gak diberi jajan atau dimasukin lagi ke rahim nyokapnya itu.
Gak kebayang kan, kalau Bima yang gede gitu masuk lagi ke perut emaknya. Kasian loh, udah susah- susah dikeluarin, malah mau dimasukin lagi, hahaha. Tapi biar dikata Bima gitu, gue salut sama dia. Dia anak yang baik, nurut orang tua, dan mau membantu orang tuanya, meskipun mungkin karena terpaksa, hihihi.
Entah, tiba-tiba aja gue ingat Bima saat lari tadi. Gue pernah ngajak dia lari bareng biar lemak-lemak perutnya itu agak berkurang, biar lebih atletis gitu deh, tapi ternyata dia sudah ‘dibooking’ duluan sama emaknya untuk beberes rumah. Setidaknya beberes rumah adalah bentuk olah raga juga.
***
‘Udah keren!’ bisik gue di depan cermin sambil
tersenyum.
Seragam Pramuka andalan gue sudah membalut
tubuh gue. Siap berangkat menuju sekolah. Motor setia gue juga sudah siap ditunggangi. Dan hanya butuh 5-10 menit, gue sudah tiba di parkiran yang letaknya di luar sekolah.
‘Ting’
Suara notifikasi ponsel gue berbunyi. Setelah memarkirkan motor, gue berjalan menuju gerbang sekolah