Page 57 - 3 Curut Berkacu
P. 57

 Curut Ngelantur 39
Bhayangkara. Gue merasa bahwa mereka adalah keluarga kedua gue saat ini.
Kedekatan gue bersama Iqbal dan Bima semakin melekat. Rutinitas soto Saka seakan telah menjadi ritual tersendiri untuk perut kami selepas latihan. Mereka pun tak jarang main ke rumah gue. Secara, rumah gue kan lebih dekat dari lokasi latihan kami di Polres. Sesekali mereka nginap di rumah gue agar di pagi hari kita bisa berangkat latihan bersama.
Saat mereka nginap di rumah gue, kami menghabiskan banyak waktu untuk bercanda dan tertawa. Apalagi si Badak Jawa, ya, si Bima, selalu saja menjadi objek candaan kami berdua. Tapi tak sedikit pun ada perubahan di wajahnya menjadi tersinggung atau marah. Tapi, saat sekali ‘nyeletuk’ gue bisa bengong sendiri. Celetukannya gak jarang buat aliran darah tiba-tiba berhenti berdesir namun tetap berakhir dengan tawa lepas tanpa beban.
Sabtu malam ini, hampir gak ada ubahnya dengan malam-malam saat mereka nginap di rumah gue, kecuali suatu kejadian yang membuat gue rasanya pengen ngempesin si Badak Jawa ini. Gimana nggak, kasur gue jadi korban tingkah anehnya si Bima.
“Bim, lu tidurnya di bawah aja!” kata gue menyuruh Bima pindah kasur yang semula tiba-tiba saja merebahkan tubuhnya di pembaringan gue sesaat setelah kita habiskan malam dengan keluyuran gak jelas.
“Lu males ye!”
“Tuh kasur tinggal lu tarik napa?” lanjut gue.
“Nih udah gue tarik!”
“Siap untuk lu mendengkur sepuasnya!” ujar Iqbal

























































































   55   56   57   58   59