Page 58 - 3 Curut Berkacu
P. 58
40 3 Curut Berkacu
yang langsung berinisiatif menarik kasur tambahan di bawah spring bed gue.
Tapi bukannya turun, Bima tiba-tiba berdiri tegak di atas pembaringan gue, sambil melompat-lompat kayaknya anak kecil.
“Lu mau ngapain, Bim?” tanya gue.
“Bersiap untuk terjun dan landing ke kasur bawah,” jawabnya.
Sebelum sempat gue cegah, tubuh gempalnya sudah dia jatuhkan tanpa menyadari efek hukum gravitasi yang berlaku untuk massa beban tubuhnya.
“Bum...! Gedebuk!” bunyi suara jatuhnya tubuh si Bima.
“Jleeeb... cetreeek...!” diikuti dengan bunyi sesuatu.
Aje gile! Ternyata itu bunyi per kasur yang patah. Gue dan Iqbal saling berpandangan sejenak dilanjutkan dengan gelak tawa saat melihat Bima yang salah tingkah.
Per kasur gue emang patah. Tapi itu sebuah momentum yang tak terlupakan sepanjang masa. Suatu saat gue akan ceritain ke anak cucu gue, hahaha...!
***
Pernah, di suatu malam, pastinya Sabtu malam.
Seperti pekan-pekan sebelumnya, Iqbal dan Bima nginap di rumah gue.
Lu pasti tau dan percaya, sangat tidak mungkin banget anak ABG seperti kita ini bisa tidur cepat. Apalagi saat bareng dengan teman. Ya, you know-lah, bagaimana situasinya saat tidur bareng teman-teman, bisa menjadi sangat menegangkan! Bukan soal kita gak bisa tidur loh! Tapi karena jadi was-was untuk tidur duluan. Bagaimana
