Page 72 - 3 Curut Berkacu
P. 72

 54 3 Curut Berkacu
“Masa iya gue ke Saka pakai celana seperti ini, Yu!” ucap Iqbal.
“Gila lu! Wibawa gue bisa-bisa sirna, njir!” lanjutnya.
Iya juga sih. Iqbal tidak mungkin mengenakan celana itu untuk latihan besok. Pasti akan menjadi ajang tontonan gratis bagi anak-anak lain dan memalukan buat Iqbal.
“Ya udah Bal, ikutin saran gue aja, napa! Lu ngeyel sih!” celetuk Bima sambil menunjuk sarung yang tergeletak di atas lemari kecil ruang tamu gue. “Aje gile, Bim...! Masa gue pake sarung, njir!” protes Iqbal gak setuju dengan ide ngasal si Bima.
“Sudah ah! Gak ada jalan lain. Besok pagi-pagi buta, gue balik ke rumah dulu. Nanti kita langsung ketemu di lokasi latihan saja.” Saran Iqbal sambil melepaskan celana Pramuka gue yang masih dikenakannya, sebenarnya sejak awal gue juga ingin menyarankan hal yang sama.
Di tengah itu sesuatu yang tak terduga terjadi.
“Srek... sreeeeek!” suara sobek dari jahitan selangkangan celana. Gue dan Bima spontan tertawa terbahak-bahak. Meskipun tawa kami tetap tertahan agar si Jenong gak terbangun.
“Sorry ya soal celana lu, Yu. Sempit banget abisnya.” Kata Iqbal dengan nada penyesalan. “Ah, selow bro, lagi itu celana sudah gak gue pake sih,” sahut gue.
Masalah Iqbal akhirnya menemukan solusinya. Dia harus kembali ke rumahnya pagi-pagi buta nanti. Bukan besok pagi! Karena saat ini sudah berganti hari. Gue dan Bima juga mendukungnya, dan tepat jam 09.00 WIP (Waktu Indonesia di Polres) nanti kita akan bersua lagi.

























































































   70   71   72   73   74