Page 76 - 3 Curut Berkacu
P. 76
58 3 Curut Berkacu
yang dilakukan di kolam renang Hafana Tirta yang letaknya tidak jauh dari sekolah; gue, Lala, dan Sultan mampir di sebuah warung bakso langganan gue untuk mengisi ‘bahan bakar’ setelah tenaga banyak terkuras saat pelajaran praktek renang tadi. Meskipun ini bukan kali pertama, Lala selalu saja judes mengomentari kebiasaan gue tentang sambal.
Sambal, lu pasti sudah pada tau kan apa itu sambal? Jenis kuliner satu ini tidak mungkin dapat dipisahkan dari kehidupan gue. Mending makan tanpa lauk dari pada makan tanpa sambal. Semakin pedas, semakin nikmat.
Lala, teman satu sekolahan gue tapi beda jurusan – juga teman di gerakan Pramuka, selalu saja mengingatkan tentang bahaya sambal pedas terhadap lambung. Setiap kali Lala ingatin, gue hanya meresponnya singkat, “Santai aja sih!”
Kebiasaan ini sebenarnya diwariskan oleh mendiang nyokap gue. Meskipun gue lahir dan gede di Kota Bekasi, darah Sunda yang dialirkan dari nyokap gue tidak begitu saja dengan mudah dinafikan, termasuk kebiasaan orang Sunda dalam menyantap Sambal. Apalagi dipadu dengan lalapan. Pasti maknyus! Dan yang gue ketahui, setidaknya ada 9 jenis sayuran yang selalu dijadikan bahan lalapan Sunda; kol, kemangi, terung hijau, pohpohan, mentimun, leunca, selada, daun jambu mete, dan pete. Sungguh! Gue gak mungkin bisa menolaknya. ‘Sungguh! Nikmat mana lagi yang lu dustakan, Yu!”
Asal lu tau ya, nyokap gue itu selain penikmat sambal pedas, juga dikenal dengan paras dan kecantikannya di seantero perkampungan gue. Buktinya, lu bisa saksikan