Page 21 - decode Magz Vol:3
P. 21

       Makna-Makna Tersembunyi di Balik Lagu Daerah
Keanekaragaman yang dimiliki bangsa Indonesia menghasilkan berbagai macam kebudayaan yang hadir dalam berbagai bentuk. Beberapa di antaranya seperti
makanan, tarian, pakaian, batik, permainan, pertunjukan, hingga cerita rakyat. Adapun produk budaya lain yang pasti- nya Sahabat deCODE sudah sangat familier yaitu lagu daerah.
Masih ingatkah beberapa lagu daerah yang sering di- nyanyikan di pelajaran Seni Budaya saat sekolah. Akan tetapi, tahukah kamu bahwa setiap lagu tersebut memiliki pesan yang ingin disampaikan? Keberadaan lagu daerah di tengah masyarakat tidak hanya menjadi sarana hiburan tetapi juga sebagai penyampaian pesan. Pesan tersebut umumnya ada pada makna tersirat maupun tersurat dari lirik lagunya. Selain itu, lagu daerah juga seringkali berisi gambaran masyarakat daerah setempat.
Penasaran ada makna apa saja yang terkandung dalam lagu-lagu daerah Indonesia? Yuk, simak!
Tokecang
Lagu yang berasal dari Jawa Barat ini memiliki judul yang konon merupakan singkatan dari tokek makan kacang. Lagu “Tokecang” yang liriknya berbahasa sunda ini juga me- rupakan lagu pengiring permainan tradisional Tokecang dan pernah menjadi lagu tema dari sinetron Eneng dan Kaos Kaki Ajaib di tahun 2007-2008.
Lagu “Tokecang” memiliki pesan yang mengajarkan kita untuk menghindari keserakahan dan kerakusan. Syair lagunya menceritakan tentang seseorang yang makannya berlebihan. Arti dari liriknya adalah tokecang mencuri kendil bolong, memakann sayur kacang sampai satu periuk kosong.
Nilai luhur yang ingin disampaikan adalah mengingat- kan kita untuk tidak rakus dan serakah dalam mengambil makanan hingga tidak menyisakannya untuk orang lain. Dengan begitu, lagu “Tokecang” ingin menyampaikan pesan bahwa kita jangan sampai hanya memikirkan diri sendiri tetapi juga harus memedulikan orang lain.
Jali-Jali
Lagu yang berasal dari Jakarta ini mengambil judul dari nama tanaman jali yang cukup dengan masyarakat Betawi kala itu.
Biji dari tanaman jali dimanfaatkan menjadi banyak hal seperti menjadi peluru mainan tembakan dari bambu oleh anak laki-laki, bahan kerajinan tirai pintu oleh anak perem- puan, bahan masakan bubur oleh ibu-ibu, dan bahan keraji- nan tasbih oleh bapak-bapak.
Lagu “Jali-Jali” terdiri dari empat bait yang tiga bait pertama merupakan sebuah rangkaian pantun. Karenanya, isi dari lagu ini ada pada baris ketiga dan keempat setiap pantun. Ketiga bait tersebut merupakan gambaran cerita dua bujang yang diam-diam saling menyukai.
Bait pertama menggambarkan seseorang yang rela berkorban untuk menyenangkan kekasihnya. Kemudian, bait kedua menggambarkan nikmatnya menjadi bujang karena memiliki kebebasan tanpa ada yang bisa melarang-larang.
Terakhir, bait ketiga mengungkapkan bahwa kedua bujang yang sedang dicerita- kan ternyata sama-sama memiliki perasaan. Cukup menarik, bukan?
Gundul-Gundul Pacul
Lagu yang terakhir ini berasal dari Jawa Tengah dan ternyata memiliki kritik yang besar untuk sosok pemimpin. Walaupun hanya terdiri dari satu bait yang pendek, kata-kata dalam liriknya menyiratkan banyak hal untuk ditelaah.
Dalam baris pertama yang berbunyi “Gun- dul-gundul pacul cul, gembelengan”, kepala gundul dimaksudkan sebagai pemimpin yang kehilangan mahkotanya. Kemudian, pacul yang dimaksud adalah singkatan dari papat kang ucul yaitu empat hal yang menentukan kemuliaan pemimpin yaitu mata untuk melihat rakyat, telinga untuk meneri- ma nasihat, hidung untuk mencium kebaikan, dan mulut untuk menyuarakan keadilan. Kata terakhir yaitu gembelengan berarti sifat sembrono dan main-main dalam menjalankan tanggung jawabnya.
Baris kedua berbunyi “Nyunggi-nyunggi wakul kul, gembelengan” mengandung kata nyunggi yaitu membawa sesuatu di atas kepala dan wakul atau bakul yang diibaratkan amanah rakyat. Kalimat ini menggambarkan pemimpin yang diberi amanah oleh rakyat memiliki sifat sombong.
Baris ketiga dan keempat berbunyi “Wakul nggelimpang, segane dadi sak latar” memiliki arti bakulnya terjatuh dan nasi di dalamnya bertakan hingga tidak bisa dimakan lagi. Kalimat ini me- ngibaratkan amanah rakyat yang dipikul sang pemimpin terjatuh hingga membuat kepercayan mereka menjadi sia-sia.
Pesan yang ingin disampaikan lagu ini adalah ketika seseorang mendapat amanah untuk menjadi seorang pemimpin, ia harus menjaga kemuliaan- nya dan mempedulikan rakyat yang memberinya amanah. Ketika sang pemimpin sudah meninggal- kan amanah rakyatnya, maka ia juga kehilangan kehormatannya sebagai seorang pemimpin.
Itulah makna-makna yang ada di dalam bebe- rapa lagu daerah yang kita miliki. Akan tetapi, lagu merupakan karya seni yang penafsirannya juga bisa berbeda-beda di setiap orang. Oleh karena itu, mak- na lagu-lagu tersebut hanyalah satu dari berbagai penafsiran yang ada. Apakah Sahabat deCODE menjadi lebih kagum dengan kebudayaan Indone- sia? Semoga kita bisa melestarikannya bersama- sama agar kebudayaan kita tetap terjaga.
        EDISI 3 - April / 2023 21
 Reporter: Ferdy Arrahman | Editor: Khaerunnisa Alfitri











































































   19   20   21   22   23