Page 15 - deCODE Vol 2/2018
P. 15

  “Saya merasa secara keseluruhan bahwa sudah baik, tetapi saya merasakan kekurangan di Universitas Al Azhar Indonesia ini kekurangan program pendidikan S2. Di kampus ini hanya menyediakan program pendidikan S2 untuk Hukum saja, Padahal seharusnya universitas
itu menyediakan seluruh program S2. Ini merupakan masalah yang serius, karena seluruh universitas itu dari populasinya juga 30% itu Pasca Sarjana. Jadi kalau ada yang masuk
1000 ribu orang, 300 nya itu merasakan S2 seluruhnya.”
Ia terus bekerja semaksimal mungkin, memikirkan rencana dan solusi yang paling efektif untuk mengoptimalkan potensi yang sudah UAI miliki. Berbagai program dan aturan baru mulai ia coba terapkan seperti English Day, aturan cara berpakaian yang baru hingga berbagai kerjasama yang sedang ia usahakan. Ia ingin membuat the way of thinking yang baru dalam lingkungan kampus ini.
“Dengan demikian, saya berkeinginan untuk mengoptimalkan keberadaan saya disini agar Universitas Al Azhar dapat lebih berkembang lagi. Menurut saya mahasiswa di Universitas Al Azhar Indonesia merupakan mahasiswa yang baik. Ketika saya ingin berdiskusi dengan menggunakan Bahasa Inggris, mereka tidak menolak tetapi dipraktikkan dan merespon dengan baik.
Makanya ketika pertama kali berada di sini, saya menginginkan satu hari adalah hari Bahasa Inggris dan jatuh pada hari Selasa. Jadi setiap hari Selasa, seluruh mahasiswa
dihimbau untuk menggunakan Bahasa Inggris walaupun hanya satu jam. Dengan tujuan untuk mengembangkan Bahasa mereka di masa depan,” ujar Asep.
Menurut Asep, membangun kultur yang profesional, disiplin serta super kreatif
karena mahasiswanya adalah aset, future generation yang peranannya akan sangat dibutuhkan dimasa depan. Maka itu, Asep ingin membentuk mahasiswa UAI agar siap dan sigap untuk terjun dimasa depan.
“Saya menganggap mahasiswa itu adalah future generation yang dimana tentunya akan sangat penting peranannya di masa depan. Akademik akan menjadi kebanggaan anda dan sebuah gelar sarjana yang akan membantu kalian dalam mencapai mimpi-mimpi. Di
dalam pendidikan, yang paling penting adalah prosesnya bukan hasilnya. Proses tidak akan bohong, jika kalian melakukan hal bagus dalam suatu kegiatan akan tercermin dari cara kita menghargai perjuangan guna mencapai hasil tersebut,” jelasnya.
Walaupun pendatang baru, kehadirannya tentu membawa warna baru dalam sejarah pimpinan di UAI. Kepribadiannya yang santai, seru,
gesit membuat kita ingin terus berlama-lama mendengarkan ceritanya, berdiskusi, tertawa dan belajar darinya.
Semoga harapan Pak Asep bagi sivitas akademika Universitas Al Azhar Indonesia yang jauh lebih baik bisa segera terwujud ya. Amin.
JReporter : Mahesa Putra Editor: Shinta Aulya & Rizky Amelia Desain: Hermita
deCODE Magazine 17



















































































   13   14   15   16   17