Page 22 - Parsian Mesmerism Fundamental

Tentang Nafas Panas :

Sejarah nafas panas adalah nafas
pemburu, digunakan oleh pemburu agar
ketika jumpa binatang buas di hutan
takut oleh si pemburu dengan meng
adopsi cara harimau memandang
mangsanya. Saat bernafas panas,
harimau merasa lapar, dan rasa lapar
tersebut menciptakan aura membunuh
yg sangat menakutkan,. Harimau adalah
single fighter, mampu membunuh
kerbau sendirian, kerbau yg besar akan
lari jika tau ada harimau, harimau
menggunakan nafas panas dan
memenuhi rasa laparnya di salurkan
lewat pandangannya. pemburu persia
klasik menggunakan pola yg sama dengan nafas panas serta mengakses rasa lapar sambil
memandang, hasil olah nafas ini membentuk shield panas yg menyelimuti tubuh hingga cara
nafas panas ini digunakan tentara persia utk melawan suhu dingin hanya dengan baju tipis
agar gerakan tetap lincah. jika si pemburu menggunakan nafas panas ini, walau melihat
binatang buas di hutan akan menghasilkan efek memangsa bagi yg dipandangnya, manusia
lebih unggul karena posisi kepala lebih tinggi dari srigala dan harimau/singa. mereka akan
merasakan dirinya menjadi mangsa ketika melihat pemburu yg pakai nafas panas ini
sehingga memilih untuk menjauh dari pemburu.

Latihan Nafas Panas.
HAFALKAN POLA NYA :
Duduk posisi tegak. boleh di
kursi. lidah lipat ke bawah
hingga air liur sedikit
berkumpul dibawah lidah.
Selanjutnya buka mulut
secukupnya. Nafas perlahan dari
mulut ke perut keluar kembali
lewat mulut. laukan 15 menit.
Ritme nafas boleh bervariasi dari
lambat ke cepat dan kembali ke
lambat. Bayangkan anda sedang
berjemur di siang hari saat
latihan nafas panas ini.

NOTE : Hentikan jika lelah atau
pusing. Anda praktekan seaman
dan senyaman mungkin.
Habis lari marathon biasanya
otomatis melakukan nafas panas
utk membugarkan kembali
tubuhnya.

Pak dokter Ervin punya pengalaman pakai nafas panas ini di suhu minus di gunung salju
alpen, saya sekeluarga pernah ke kampung pinggir gunung suhu 12 derajat hujan, tanpa
merasa dingin namun orang sana pake baju dan jaket 3 lapis.

22