Page 29 - E BOOK EKONOMI ISLAM
P. 29
economist, he is an accident of history and has no consequence on the evolution
of economic thought.”
Ketiga argumen dan indikator di atas dapat dipakai sebagai pendukung yang amat
meyakinkan bahwa sistem ekonomi Islam bukanlah hal baru sama sekali. Namun
patut diakui bahwa sistem yang pernah berjaya ini pernah tenggelam dalam masa
yang cukup lama, dan sempat dilupakan oleh sementara pihak, karena kuatnya dua
sistem yang pernah berebut simpati dunia yaitu sistem kapitalisme dan sosialisme.
Sistem ekonomi Islam mengalami perkembangan sejarah baru pada era modern.
Menurut Khurshid Ahmad, yang dikenal sebagai bapak Ekonomi Islam, ada empat
tahapan perkembangan dalam wacana pemikiran ekonomi Islam, yaitu:
1) Tahapan Pertama, dimulai ketika sebagian ulama, yang tidak memiliki
pendidikan formal dalam bidang ilmu ekonomi namun memiliki pemahaman
terhadap persoalan-persoalan sosio-ekonomi pada masa itu, mencoba untuk
menuntaskan persoalan bunga. Mereka berpendapat bahwa bunga bank itu
haram dan kaum muslimin harus meninggalkan hubungan apapun dengan
perbankan konvensional. Mereka mengundang para ekonom dan banker untuk
saling bahu membahu mendirikan lembaga keuangan yang didasarkan pada
prinsip-prinsip syariah dan bukan pada bunga. Yang menonjol dalam
pendekatan ini adalah keyakinan yang begitu teguh haramnya bunga bank dan
pengajuan alternatif. Masa ini dimulai kira-kira apada pertengahan dekade
1930-an dan mengalami puncak kemajuannya pada akhir dekade 1950-an dan
awal dekade 1960-an. Pada masa itu di Pakistan didirikan bank Islam lokal
yang beroperasi bukan pada bunga. Sementara itu di Mesir juga didirikan
lembaga keuangan yang beroperasi bukan pada bunga pada awal dasa warsa
1960-an. Lembaga keuangan ini diberi nama Mit Ghomir Local Saving yang
berlokasi di delta sungai Nil, Mesir. Tahapan ini memang masih bersifat
prematur dan coba-coba sehingga dampaknya masih sangat terbatas. Meskipun
demikian tahapan ini telah membuka pintu lebar bagi perkembangan
selanjutnya.
23