Page 160 - Wabah (KUMPULAN CERPEN)
P. 160
Suatu siang setelah mengganyang tiga ekor cicak ge-
muk, saya mendapat panggilan telepon dari Wahyudi. Kami
mengobrol panjang. Ia banyak menceritakan kegiatannya
berkebun di desa. Kemudian sampailah ke rasan-rasan yang
lumrah kami sebut bertukar informasi A1. Saya ceritakan
perkembangan hidup Jodi dan Rachmad. Anehnya, Wahyudi
justru tampak tidak terkejut mendengar kabar bahwa
Rachmad selama ini telah menikah.
Usut punya usut, Wahyudi sudah mencurigai sejak
lama perilaku Rachmad. Ia pernah memergoki Rachmad
menelepon istrinya di dalam kamar mandi. Berbisik-bisik,
seperti tengah menelepon mata-mata, komentar Wahyudi.
Rachmad yang telah tertangkap basah, akhirnya membuka
rahasianya kepada Wahyudi. Semenjak itu diam-diam ia se-
ring curhat tentang rumah tangganya kepada abang kami itu.
Terdengar Wahyudi menghela napas berat. Ia merasa
punya andil dalam keputusan besar Rachmad. Ia mengaku
pernah ditanya Rachmad soal mengapa Rasulullah poligami
dan menikahi banyak janda. Wahyudi menjelaskan bahwa
Rasulullah poligami tidak berdasarkan birahi, melainkan
kondisi saat itu mengharuskan beliau memilih bertanggung
jawab kepada para perempuan yang ditinggal mati suaminya
di medan perang. Menurut Wahyudi, menikahi janda be-
ranak tanpa harta dan tanpa dorongan utama birahi adalah
sebuah jalan jihad. Rachmad jelas terpengaruh oleh kisah
nabi yang Wahyudi tuturkan.
Meski bisa saja, pendapat Wahyudi tentang menikahi
janda tersebut tidak ada sangkut pautnya dengan keputusan
142