Page 21 - UKBM 10-16_merged
P. 21

3.  Bacalah artikel di bawah ini!

                   SEKILAS TENTANG LAPANGAN MINYAK
                   KAWENGAN PERTAMINA - CEPU

                   Letak Geografis, Keadaan Morfologi dan Struktur Geologi.
                         Lapangan minyak Kawengan terletak kurang lebih 22 km di sebelah timur laut kota Cepu,
                   membentang dari arah barat laut ke tenggara kurang lebih sepanjang 15 km, dengan lebar
                   bagian barat 1 km, dan lebar bagian timur 1,5 km. jadi lapangan minyak Kawengan termasuk
                   dalam daerah propinsi Jawa Timur.
                   Secara regional lapangan minyak Kawengan termasuk dalam Antiklinorium Rembang, yang
                   terdiri dari antiklinal-antiklinal yang membentang dari barat ke timur.Perbukitan Rembang
                   ini dipisahkan dari pegunungan Kendeng oleh suatu jalur sinklinal yang disebut sebagai zona
                   Randublatung,    dimana    keseluruhan   bukit   tersebut   termasuk   cekungan    besar
                   Rembang.Puncak tertinggi antiklinorium Rembang kira-kira 500 meter diatas permukaan air
                   laut,  sedangkan  ketinggian  lapangan  minyak  Kawengan  bervariasi  antara  140  sampai  200
                   meter.
                   Permukaan  tanahnya  terdiri  dari  tanah  kapur  margel,  sehingga  system  pengeringan  yang
                   berjalan di permukaan cukup cepat, tetapi erosinya berjalan lambat, karena adanya hutan jati
                   yang  menutupi  hampir  di  seluruh  lapangan  minyak  Kawengan.Struktur  lapangan  minyak
                   Kawengan  mempunyai  bentuk  struktur  antiklin  asimetris,  yang  terdiri  dari  empat  buah
                   puncak, dimulai dari desa Wonocolo di sebelah barat menjurus kea rah tenggara dan berakir
                   di  daerah  Kanten  dengan  puncak  antiklin  semakin  rendah.  Panjang  antiklinal  lapangan
                   minyak Kawengan sekitar 24 km dan panjang daerah yang diproduksikan sekitar 13,2 km.
                         Struktur antiklinal tersebut banyak mengalami patahan-patahan, yaitu terdiri dari enam
                   sampai  Sembilan  induk  patahan  yang  membagi  daerah  produktif  menjadi  beberapa  blok,
                   antra  lain:  Blok  I,  II,  IIIa,  IIIb,  IIIc,  IV,  Va,  Vb,  dan  VI.  Diantara  keempat  puncak  antiklinal
                   tersebut  yaitu  dari  arah  barat-timur  masing-masing  adalah:  Wonocolo/Dandangilo,
                   Kawengan, Wonosari, dan Kidangan, dimana puncak Kawengan adalah merupakan struktur
                   yang paling produktif, maka selanjutnya digunakan sebagai nama Lapangan.

                   Sejarah Produksi Lapangan Minyak Kawengan.
                   Dimulai pada tahun 1896 telah dilakukan survey geologi oleh BPM di daerah Kawengan, dan
                   sumur  pertama  di  bor  pada  tahun  1925  di  daerah  Kidangan,  di  beri  nama  Kd-1  pada  top
                   perforasi 348 meter sumur ini menghasilkan minyak sebesar 16 m3/hari. Selanjutnya pada
                   bulan Maret 1926 selesai di bor di daerah Kawengan, yaitu sumur Kw-1 dengan top perforasi
                   531 meter menghasilkan gas.
                   Pada  akhir  tahun  1936  telah  selesai  di  bor  sebanyak  21  sumur,  dan  dari  tahun  ke  tahun
                   jumlah sumur semakin betambah banyak.Lokasi pemboran bergerak ke arah timur di seluruh
                   lapangan minyak Kawengan. Sampai akhir Desember 1942 tercatat sebanyak 83 sumur yang
                   dibor, 29 sumur diantaranya terletak di blok I dan II. Pada tahun 1944 sampai 1950 tidak ada
                   pemboran  sumur baru dan kegiatan perawatan sumur sangat berkurang.
                         Produksi maksimum yang dicapai adalah pada tahun 1938, dengan total produksi minyak
                   sebesar 844.000 m3.  Pada tahun 1948 terlihat adanya  penurunan produksi, yaitu menjadi
                   127.000  m3,  hal  ini  disebabkan  sebagai  akibat  Perang  Dunia  II  dan  adanya  pendudukan
                   tentara  Jepang.  Dan  baru  pada  pertengahan  tahun  1950  pemboran  sumur  ekplorasi  di
                   aktifkan lagi.
                         Pada tanggal 15 Juli 1957 selesai di bor sumur Kw -129 dengan total kedalaman 733 m,
                   dan tahun tahun berikutnya tidak ada lagi kegiatan pemboran. Jadi jumlah sumur di lapangan


                  SEMESTER 2  -- UKBM 1-6                                                              Page 9
   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26